DEMAK, Lingkar.news – Ruwatan merupakan tradisi turun-temurun sejak Sunan Kalijaga yang masih lestari dilaksanakan oleh masyarakat Kelurahan Kadilangu, Kecamatan/Kabupaten Demak hingga saat ini. Konon, tradisi ruwatan dapat menghilangkan sial atau tolak bolak.
Sedikit gambaran tradisi ruwatan itu disampaikan Adi Purnomo yang menjadi Ketua Panitia Tradisi Ruwatan di Kadilangu Demak, baru baru ini.
“Ini merupakan peninggalan atau ajaran dari Kanjeng Sunan Kalijaga tokoh wali yang menyebarkan agama Islam dengan mengakulturasi budaya,” katanya.
Purnomo menjelaskan para peserta yang mengikuti ruwatan tidak ada ritual atau tirakat terlebih dahulu, melainkan hanya dengan niat benar-benar ingin membersihkan hati.
“Engga ada, hanya niat saja. Artinya dibersihkan, kemudian niatnya ditata yang baik. Semacam itu (tirakat atau ritual) tidak ada, tidak ada ritual puasa atau apa engga ada,” jelasnya.
Bupati Demak Harap Tradisi Gebyur Dawet Desa Kunir Jadi Daya Tarik Wisatawan
Ia mengatakan sebelum mengikuti prosesi ruwatan, para peserta itu sudah membawa kain putih yang dibawa dari rumah dan juga kain bekas.
“Mereka (peserta) itu mempersiapkan diri dulu, dia berkeinginan apa. Nah, kalau sudah terus dia mengikuti ruwatan itu yang dibawa itu satu kain putih, jadi kain putih itu dia membawa sendiri dari rumah nanti untuk dipakai dalam prosesesi ini, kemudian juga membawa kain bekas,” imbuhnya.
Purnomo juga mengatakan ruwatan juga bentuk ikhtiar dari peserta dengan keyakinan bahwa ruwatan dapat menciptakan ketenangan.
“Biar di dalam hidup itu mungkin ada ketenangan atau mungkin dia mempunyai cita-cita agar dikabulkan oleh Tuhan Yang Maha kuasa. Namun kita tidak ada salahnya kalau yang namanya orang Jawa itu kan selalu berikhtiar,” katanya.
Petugas yang melakukan ruwatan yakni dari sesepuh ahli waris Sunan Kalijaga, mereka menyiapkan berbagai Ubo Rampe atau bahan-bahan yang digunakan dalam prosesi ruwatan ini.
“Tradisi ini menjadi kegiatan berjalan. Jadi ada dari pini sepuh yang bertugas memandikan, ada pak dalang, ada juga yang bertugas menyiapkan ubo rampe dan segala sesuatunya. Itu kira-kira ya kisaran enam atau tujuh gitu di seksi tersebut,” ujarnya.
Nasi Ancakan, Tradisi Temurun dari Sunan Kalijaga Demak usai Puasa Arafah
Tradisi Ruwatan juga tak lepas dengan pagelaran wayang karena menjadi salah satu syarat dari prosesi ruwatan itu.
“Kalo yang jelas, yang namanya ruwatan itu ‘kan hubungannya dengan pagelaran wayang. Itu wayang ya harus jelas ada kemudian harus ada bancakan atau istilahnya selamatan-selamatan itu juga di awal dan di akhir kemudian doa-doa kemudian dimandikan menggunakan air kembang,” bebernya.
Sebagai infromasi ruwatan merupakan sebuah upacara yang berasal dari Jawa dan digunakan untuk membebaskan atau melepaskan seseorang dari hukuman atau kutukan yang membawa sial atau membahayakan.
Tradisi ruwatan merupakan salah satu kearifan budaya di Kabupaten Demak yang memang patut dilestarikan. Tradisi turun temurun tersebut dapat menarik minat wisatawan luar maupun dalam daerah untuk lebih mengenal berbagai tradisi yang ada di Kadilangu, Kabupaten Demak. (Lingkar Network | M. Burhanuddin Aslam – Lingkar.news)