Manokwari, Lingkar.news – Kurikulum Merdeka Belajar (KMB) memberikan dampak positif bagi pembelajaran khususnya di tingkat SMA/SMK pada Kabupaten Manokwari, Provinsi Papua Barat.
Kabid SMA Dinas Pendidikan Manokwari Recky A.D Risamasu di Manokwari, Sabtu, mengatakan sejak diberlakukan KMB pada tahun 2021, sekolah-sekolah semakin baik dalam penerapan KMB.
“Penerapan KMB sudah semakin baik dan berdampak positif bagi sekolah karena KMB dapat memberikan kesempatan kepada anak didik kita untuk bisa mengembangkan minat kreasi dan sekaligus prestasi akademik yang mereka tekuni,” ujarnya.
Ia mengatakan, penerapan KMB di sekolah selama ini tidak hanya sebatas teori di kelas saja, namun bagaimana anak didik juga dinilai dalam melakukan praktek di lapangan.
Melalui penerapan dan praktek delapan tema Projek Penguatan Profit Pelajar Pancasila (P5) anak didik diajarkan membentuk karakter dan kepribadian mereka dalam menghadapi perkembangan zaman.
Tidak hanya berdampak positif bagi anak didik, penerapan KMB juga berdampak positif bagi kinerja guru maupun kepala sekolah khususnya tingkat SMA/SMK.
Pembelajaran tidak lagi berpusat pada guru dalam memberikan pendidikan secara teoritis, melainkan guru juga berfungsi sebagai motivator untuk mengembangkan jati diri seorang anak didik. Dengan begitu guru semakin aktif dalam mendidik anak murid.
“KMB sudah berjalan kurang lebih tiga tahun dan guru-guru sudah semakin nyaman dalam menggunakan KMB karena memang dampak positifnya terlihat,” ujarnya.
Jika ada wacana dari Kementerian Pendidikan untuk mengganti KMB dengan kurikulum baru, hal itu memang kewenangan dari pemerintah pusat.
Namun diharapkan kurikulum yang baru jangan sampai merubah total konsep dari KMB, tapi lebih untuk memperbaiki kelemahan-kelemahan yang dianggap perlu.
“Tahun ini kita masih menggunakan KMB, belum ada keputusan resmi dari kementerian untuk merubah kurikulum,” ujarnya.
Kepala Sekolah (Kepsek) SMAN 1 Manokwari adalah Lucinda Patricia Mandobar mengatakan, KMB merupakan metode pembelajaran yang dapat menjawab kebutuhan perkembangan zaman.
Selama ini asumsi masyarakat dalam menilai baik tidaknya anak didik cenderung hanya berdasarkan nilai akademik. Jika nilai tinggi anak didik dianggap cerdas.
Padahal sebenarnya semua anak cerdas mempunyai kecerdasan yang berbeda-beda, masing-masing anak mempunyai kemampuan atau kelebihan sendiri-sendiri.
KMB mampu menjawab hal itu, dimana pendidikan tidak hanya digunakan untuk mendapat nilai akademik, tapi juga mendidik karakter atau mengasah kemampuan anak didik sesuai dengan kemampuan masing-masing.
Dengan berbagai metode pembelajaran pada KMB anak didik diberi ruang untuk berekspresi sehingga mampu mendorong anak didik lebih mandiri agar mereka siap menghadapi berbagai persoalan hidup.
“Ada anak susah saat menerima pelajaran di kelas, tapi ternyata di bidang kesenian dia luar biasa. Ada juga anak yang ternyata secara naluriah dia pintar marketing, hal itu tidak dapat di pelajaran tapi dengan KMB mereka bisa dikembangkan,” ujarnya. (rara-lingkar.news)