Jakarta, Lingkar.news – Suku Dinas Sumber Daya Air Kepulauan Seribu, Provinsi DKI Jakarta, merampungkan pembangunan tanggul dan pemecah ombak (breakwater) di tiga pulau berpenduduk di wilayah tersebut.
“Pembangunan tanggul atau pemecah ombak ini bertujuan sebagai penahan abrasi pantai bagi warga masyarakat yang tinggal di pesisir,” kata Kepala Suku Dinas Sumber Daya Air (Sudin SDA) Kepulauan Seribu, Mustajab di Jakarta, Minggu (22/12)
Ia mengatakan pekerjaan pembangunan tanggul dan “breakwater” yang dilakukan sejak (12/6) di tiga Pulau, yaitu Pulau Lancang, Pulau Tidung dan Pulau Panggang sudah selesai dan sudah dapat difungsikan.
“Alhamdulillah, sudah selesai dan dapat menjadi penahan abrasi pulau,” kata dia yang mengatakan bahwa fungsi tanggul selain sebagai penahan abrasi, juga bisa untuk jalan lingkar wisata.
Sementara panjang tanggul pemecah ombak yang dibangun bervariasi, dari mulai panjang 340 meter hingga 510 meter serta adanya kelengkapan “realling” dan dua unit “view deck” dan dunia unit akses jembatan penghubung warga.
“Semoga ini menjadi ikon di Pulau Tidung dan Pulau Lancang untuk menarik minat para wisatawan sehingga menambah penghasilan bagi warga pulau,” kata dia.
Pihaknya berharap tanggul tersebut hanya untuk pejalan kaki saja. Karena itu dipasang tiang yang dicor dan ditanam supaya motor tidak dapat masuk.
“Kami juga meminta untuk ada pengamanan areal pantai di belakang tanggul sehingga tidak menjadi hunian ilegal,” kata dia.
Kepala Seksi (Kasi) Pantai Sudin SDA Kepulauan Seribu, Wahyu Maulana menambahkan, pekerjaan pembangunan merupakan bagian kontrak pembangunan tanggul dan “breakwater” di Kepulauan Seribu tahun anggaran 2024 yang berlokasi di tiga Pulau, yaitu Pulau Lancang, Pulau Tidung dan Pulau Panggang.
Pembangunan “breakwater” di Pulau Panggang tahun anggaran 2024 sepanjang 170 meter.
Ke depannya akan difungsikan sebagai pemecah gelombang untuk melindungi kapal yang parkir di kolam labuh yang akan dibangun oleh Suku Dinas Perhubungan di area pulau Hexagon.
“‘Breakwater‘ Pulau Panggang dibangun menggunakan tetrapod 0,5 ton yang disusun sedemikian rupa dengan ketinggian maksimum 3,5-4 meter dari dasar laut,” kata dia. (rara-lingkar.news)