DEMAK, Lingkar.news – Selain wisata alam dan Pantai Arnavat, Desa Wisata Surodadi, Kecamatan Sayung, Kabupaten Demak juga punya kuliner unik dari buah mangrove.
Tanaman mangrove memang banyak tumbuh di wilayah Desa Surodadi, selain berfungsi sebagai penahan ombak dan abrasi, warga setempat memanfaatkan buah dari tanaman mangrove untuk diolah menjadi makanan dengan rasa yang khas.
Brayo, begitu masyarakat Surodadi menyebut buah tanaman mangrove, diolah menjadi camilan yang rasanya mirip dengan kedelai, jagung, dan jengkol namun tidak menimbulkan bau khas seperti jengkol.
Kreatif, Pokdarwis Desa Wisata Bedono Demak Olah Mangrove Jadi Produk Pangan
Salah satu pembuat camilan brayo di Desa Surodadi adalah Sutikah. Ia bercerita sejak kecil dirinya sering dibuatkan camilan dari Brayo oleh ibunya. Ia juga tahu buah dari tanaman mangrove tersebut bisa di makan namun perlu diolah dengan berbagai tahapan telebih dahulu.
“Sudah sejak kecil sudah tahu makanan dari brayo. Ibu saya dulu sering membuat makanan itu. Tapi harus diolah dulu, direndam selama dua hari sebelum dimasak untuk dimakan. Jadi direndam dulu sekitar dua hari, kemudian direbus karena untuk untuk menghilangkan pahit juga membersihkan lendir pada buah itu,” bebernya.
Selain menjadi camilan, brayo juga bisa menjadi pengganti makanan pokok seperti beras. Namun di Desa Surodadi olahan brayo hanya disajikan sebagai cemilan seperti halnya kedelai dan jagung. Penyajiannya dicampur dengan parutan kelapa, garam dan gula supaya ada rasa manis dan asinnya.
“Rasanya seperti jagung, tapi hambar dengan sedikit rasa pahit jika dinikmati tanpa campuran parutan kelapa, gula dan garam. Ini juga bisa jadi pengganti beras, karena bisa mengenyangkan. Biasanya disajikan dengan campuran parutan kelapa, gula dan garam,” tuturnya.
Intip Pesona Desa Wisata Kunir Demak, Ada Gebyur Dawet hingga Taman Bawang
Selain itu, camilan dari buah mangrove tersebut juga dipercayai masyarakat bisa menyembuhkan sakit perut.
“Khasiatnya seperti bisa buat sakit perut, perut jadi adem,” ucap Sutikah.
Kendati demikian, Sutikah harus bersusah payah untuk mendapatkan buah mangrove lantaran harus mencari di kawasan pantai dengan melewati lumpur akibat banjir rob yang cukup dalam.
“Nyarinya susah karena harus melewati lumpur dan rob yang cukup dalam, karena biasanya tanaman magrove ada di tengah rob,” tuturnya.
Sementara itu, Bupati Demak Eisti’anah mengapresiasi kreatifitas warga Surodadi dengan memanfaatkan buah mangrove menjadi camilan yang enak dan mengeyangkan.
“Ya alhamdhulilah ini menjadi sebuah makanan khas yang harus dilestarikan, apalagi tanaman mangrove memiliki khasiat cukup banyak mulai dari akar hingga buahnya bisa dimanfaatkan,” katanya. (Lingkar Network | M. Burhanuddin Aslam – Lingkar.news)