DEMAK, Lingkar.news – Menteri Lingkungan Hidup, Hanif Faisol Nurofiq, mengatakan bahwa abrasi di Pantura atau pantai utara Jawa, termasuk di Kabupaten Demak semakin parah tiap tahun. Bahkan dampaknya menjadikan kawasan pesisir menjadi lautan dan rob hingga ke jalan.
“Ayo kita segera merehabilitasi potensi mangrove. Berdasarkan data kita dari 770 ribu hektare habitat mangrove yang terdegradasi, maka 570 ribu hektare berupa tambak-tambak seperti ini. Semoga Demak bisa menjadi contoh yang baik,” ujar Menteri Hanif saat meninjau wilayah pesisir di Morodemak, Kabupaten Demak pada Kamis, 26 Desember 2024.
Oleh karena itu Menteri Hanif menyampaikan kepada pemerintah daerah, provinsi, Kementerian PU, dan Kementerian KKP untuk merevisi desain tata ruang terkait abrasi di jalur pantura.
“Ini penting, karena saya sebagai menteri lingkungan yang membawahi semua pengarahan pembangunan di Indonesia,” ungkapnya.
Pihaknya juga akan mendorong proyek-proyek internasional untuk turut berkontribusi dalam menangani masalah abrasi. Salah satu langkah yang diambil adalah revegetasi mangrove untuk mengurangi dampak abrasi.
“Jadi fungsi mangrove ini sangat vital. Lha ekosistem ini yang kemudian telah terlupakan. Kita baru-baru ini merasakan pentingya, setelah ribuan hektare lahan tambak kita hilang,” tuturnya.
Menteri Hanif menyampaikan bahwa jarangnya pelestarian dan penanaman mangrove menjadi ancaman bagi keberlangsungan ekosistem lingkungan.
“Daerah-daerah yang ada dibelakang mangrove menjadi terdisrupsi dengan tidak adanya mangrove. Jadi mangrove itu mampu menjadi barrier (penghalang) dari segala macam tekanan lingkungan pada daerah di daratannya. Ini yang menjadi fokus perhatian kita,” tuturnya.
Pihaknya menjelaskan, berdasarkan peta mangrove nasional yang dirilis oleh Kementerian Lingkungan Hidup pada 2021 Indonesia memiliki luas existing mangrove seluas 3,44 juta hektare yang tersebar di seluruh Indonesia.
“Dengan mangrove seluas itu, maka Indonesia menjadi negara dengan mangrove terbesar di dunia, atau sekitar 23,5 persen mangrove dunia ada di Indonesia,” ucapnya.
Sehingga, ia menyebut pelestarian mangrove menjadi fokus perhatian demi keberlangsungan ekosistem lingkungan kedepannya.
“Dengan demikian, mangrove ini sangat penting untuk krisis iklim ini, sehingga global mangrove inisiatif, jadi itu menjadi perhatian dunia untuk mengembalikan mangrove salah satunya di Indonesia,” terangnya.
Pada kesempatan itu Menteri Hanif juga ikut menanam bibit mangrove di tiga wilayah pesisir yakni di Timbulsloko, Tambakbulusan, dan Morodemak.
Sementara itu, Bupati Demak Eisti’anah menyampaikan bahwa Pemerintah Kabupaten (Pemkab) Demak menyambut baik dukungan dari Menteri Lingkungan Hidup terkait penanaman mangrove untuk mengurangi dampak abrasi di Demak.
“Beliau menyampaikan program-program yang tentunya untuk memberdayakan mangrove di wilayah pesisir pantai utara. Tadi sudah ditinjau dan nanti ada kajian. Ini selain sebagai mengendalikan abrasi ini juga sebagai meningkatkan perekonomian masyarakat,” bebernya.
Senada dengan Mentri Hanif, menurut Eisti’anah, mangrove memiliki banyak fungsi untuk mengurangi dampak abrasi.
“Karena dari mangrove ini, maka tambak juga bisa terselamatkan, kemudian mengatasi dampak abrasi,” pungkasnya.
Disisi lain, Kepala Desa (Kades) Purworejo, Rifki Salafudin, berharap penanganan abrasi, terutama di wilayahnya agar dilakukan secara berkelanjutan.
“Untuk penangan abrasi diwilayah pesisir ini, berharap ini berkelanjutan dan berharap tidak hanya Kementrian KKP tapi Kementrian LH juga berperan secara aktif, mulai dari desa hingga kementerian bersinergi bersama untuk penanganan abrasi. Karena kita melihat abrasi saat ini sangat besar. Jadi saya harapkan ini berkelanjutan,” ujarnya. (Lingkar Network | M. Burhanuddin Aslam – Lingkar.news)