Jakarta, LINGKAR – Certified Financial Planner, Rista Zwestika, WMI, membagikan kiat mengelola Tunjangan Hari Raya (THR) agar lebih produktif dan tidak cepat habis dalam sekejap.
Menjelang Lebaran, pekerja di Indonesia umumnya menerima THR sebagai tambahan penghasilan. Namun, jika tidak dikelola dengan bijak, uang ini bisa segera habis tanpa memberikan manfaat jangka panjang.
Menurut Rista, langkah pertama dalam mengelola THR adalah dengan menyusun rencana keuangan yang terperinci. Kesalahan umum yang sering terjadi, terutama pada anak muda, adalah tidak membuat perencanaan sehingga uang THR cenderung dihabiskan tanpa mempertimbangkan prioritas.
“Banyak orang langsung menghabiskan THR tanpa menyusun daftar prioritas, seperti untuk kebutuhan mendesak atau tabungan,” ujar Rista saat dihubungi ANTARA di Jakarta, Jumat.
Alokasikan THR Secara Ideal
Rista menyarankan agar dana THR dialokasikan secara bijak dengan pembagian berikut:
- 30-40% untuk membayar utang berbunga tinggi guna mengurangi beban finansial di masa depan.
- 20% untuk dana darurat, dengan target minimal setara 6-12 bulan pengeluaran.
- 30% untuk kebutuhan mendesak, seperti perbaikan rumah, biaya kesehatan, atau keperluan keluarga.
- 10% untuk hiburan pribadi, agar tetap menikmati hasil kerja keras tanpa berlebihan.
Selain itu, ia juga menyarankan untuk menunda pembelian barang mahal selama 1-2 minggu guna memastikan apakah barang tersebut benar-benar dibutuhkan atau hanya keinginan impulsif.
“Hindari pembelian impulsif dan pastikan penggunaan THR dikomunikasikan dengan keluarga untuk menghindari konflik, misalnya dengan menyisihkan sebagian untuk orang tua tanpa mengorbankan tabungan,” tambah CEO dan Founder Finante.id tersebut.
Manfaatkan THR dengan Cerdas
Rista menekankan bahwa penggunaan THR bisa lebih optimal jika dimanfaatkan untuk kebutuhan esensial. Salah satu caranya adalah dengan memanfaatkan promosi produk secara bijak.
“Gunakan diskon untuk membeli kebutuhan pokok dalam jumlah besar, seperti sembako, daripada membelanjakannya untuk barang konsumtif,” katanya.
Ia juga merekomendasikan penggunaan aplikasi keuangan untuk memantau pengeluaran serta menyisihkan sebagian dana THR untuk investasi sederhana.
“Jika ada sisa, pertimbangkan instrumen investasi likuid seperti deposito atau reksa dana pasar uang,” imbuhnya.
Sebagai contoh, Rista memberikan simulasi pengelolaan THR sebesar Rp5 juta dengan pembagian berikut:
- Rp1,5 juta untuk utang (30%)
- Rp1 juta untuk dana darurat (20%)
- Rp1,5 juta untuk kebutuhan keluarga (30%)
- Rp500 ribu untuk hiburan (10%)
- Rp500 ribu untuk investasi atau simpanan likuid (10%)
Apa yang Harus Dihindari?
Lebih lanjut, Rista mengungkapkan beberapa kesalahan umum dalam mengelola THR, terutama di kalangan anak muda.
“Banyak yang lebih mementingkan keinginan daripada kebutuhan, seperti membeli gawai terbaru, pakaian trendi, atau mengadakan pesta mewah untuk memenuhi ekspektasi sosial,” jelasnya.
Selain itu, perilaku konsumtif saat belanja juga kerap menjadi masalah, terutama karena terpengaruh oleh diskon atau promosi Hari Raya di platform e-commerce.
“Menganggap THR sebagai ‘uang panas’ yang harus segera dihabiskan tanpa menyisihkan sebagian untuk dana darurat atau investasi adalah kesalahan yang sering terjadi,” pungkasnya.
Dengan strategi pengelolaan yang tepat, THR tidak hanya sekadar lewat, tetapi bisa menjadi batu loncatan menuju stabilitas keuangan jangka pendek maupun panjang. (RARA – LINGKAR)