JAKARTA, Lingkar.news – Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB) mengimbau masyarakat yang ingin liburan akhir tahun untuk selalu mengecek prakiraan cuaca agar dapat mewaspadai bencana hidrometeorologi akibat musim penghujan.
Bencana hidrometeorologi merupakan bencana alam yang diakibatkan oleh adanya aktivitas cuaca seperti siklus hidrologi, curah hujan, temperatur, angin dan kelembaban.
Bentuk bencana hidrometeorologi berupa kekeringan, banjir, badai, kebakaran hutan, longsor, angin puyuh, gelombang dingin, hingga gelombang panas.
Kepala Pusat Data, Informasi, dan Komunikasi BNPB Abdul Muhari mengatakan, ada tiga wilayah yang menjadi perhatian karena padat penduduk, yakni Jawa bagian tengah ke barat, Sulawesi dari tengah ke selatan, dan timur Papua tepatnya bagian tengah hingga ke selatan.
“Ini harus jadi kewaspadaan bersama bagi masyarakat yang mungkin akan menghabiskan waktu bersama keluarga, anak-anak sudah libur, dan lain-lain bersiap untuk mungkin tahun baru. Jangan lupa untuk memperhatikan prakiraan cuaca,” ujarnya dalam konferensi pers bertajuk pengarahan bencana yang dipantau di Jakarta, pada Senin, 19 Desember 2022.
Sepanjang tanggal 12 sampai 18 Desember 2022, BNPB mencatat total bencana di Indonesia mencapai 45 kejadian yang didominasi oleh bencana hidrometeorologi berupa 22 kali banjir, 14 kali cuaca ekstrem, dan 8 kali tanah longsor, serta hanya ada 1 kali kejadian gempa bumi.
Kejadian bencana yang terjadi di 10 provinsi tersebut menyebabkan 1 orang meninggal dunia, 18 orang luka-luka, 6.724 rumah terendam, 620 rumah rusak, 3 fasilitas pendidikan rusak, 34 fasilitas peribadatan rusak, dan 1 jembatan rusak.
Abdul menjelaskan, Indonesia saat ini sudah masuk pekan ketiga Desember, artinya Indonesia secara monsun yang normal sudah masuk musim hujan.
Menurutnya, meski Indonesia sudah mengalami banyak kejadian bencana hidrometeorologi sepanjang Oktober sampai November 2022, masyarakat harus tetap waspada terhadap potensi bencana hidrometeorologi.
“Kita sudah harus kembali waspada untuk Januari sampai Februari 2023 yang mungkin ini merupakan puncak dari musim hujan,” ujar Abdul.
Lebih lanjut, ia mengimbau Pemerintah Daerah untuk menyiapkan penanganan dan mitigasi bila terjadi bencana terkhusus daerah yang rentan mengalami banjir dan tanah longsor, yakni Jawa Barat, Jawa Tengah, dan Jawa Timur. (Lingkar Network | Koran Lingkar)