JAKARTA, Lingkar.news – Komisi VI DPR RI menyoroti masalah yang hangat diperbincangkan masyarakat terkait wacana pencabutan subsidi BBM Pertalite bagi pengemudi ojol (ojek online) hingga kualitas BBM Pertamax yang merusak mesin kendaraan.
Hal itu disampaikan dalam agenda rapat dengar pendapat dengan Dirut PT Pertamina (Persero) bersama subholding di Gedung Parlemen, Jakarta pada Selasa, 3 Desember 2024.
Anggota Komisi VI DPR RI, Mufti Anam, pada kesempatan tersebut menyampaikan bahwa Pertamina sebagai penyedia energi, dalam hal ini BBM, seharusnya bisa menyediakan bahan bakar yang mudah dijangkau masyarakat jika memang subsidi pertalite bagi ojol dicabut.
“Jika subsidi pertalite bagi ojol dicabut, bisa tidak pertamina menghadirkan pertamax dangan harga lebih rendah, tidak muluk-muluk, coba saja di Rp8.000 atau setara dengan pertalite,” ujarnya.
Mufti juga membandingkan harga BBM dari Pertamina dengan Petronas Malaysia yang disparitasnya besar, yakni lebih murah 50 persen dari rata-rata BBM di Indonesia.
Selanjutnya, Mufti juga menyoroti kejadian viral di media sosial terkait kualitas pertamax yang membuat mesin kendaraan rusak. Menurutnya Pertamina harus bisa melakukan kajian yang mendalam lagi untuk memperbaiki kualitas bahan bakar dan menghadirkan BBM yang sehat.
Ia membandingkan dengan Shell yang bisa menyediakan bahan bakar lebih berkualitas padahal tidak difasilitasi negara.
“Buat apa kita bicara soal kedaulatan energi tapi ternyata kemudian rakyat dijerat dengan harga BBM yang mahal? Harus ditipu dengan BBM yang tidak berkualitas, bubarkan saja,” tegasnya.
Alasan Ojek Online Tidak Masuk Kriteria Penerima Subsidi BBM
Merespons pendapat dari anggota Komisi VI DPR RI Direktur Utama PT Pertamina (Persero), Simon Aloysius Mantiri, mengatakan akan menjadikan masukan tersebut sebagai bahan evaluasi.
Terkait kualitas Pertamax, Simon mengklaim bahwa Pertamina sudah melakukan uji sampel ke bebrapa SPBU di Cibinong terkait viral mesin kendaraan rusak akibat penggunaan Pertamax. Dari uji sampel bersama Lapi ITB dan Lemigas, parameter dan standar pada Pertamax sudah lolos uji standar untuk digunakan bahan bakar.
“Bukan kami membela diri bahwa kualitas BBM kami sudah sesuai standar. Itu yang berbicara adalah fakta-fakta dan hasil ilmiah,” ungkapnya.
Walau demikian, dia mengungkapkan siap melakukan perbaikan untuk bisa menghadirkan bahan bakar yang lebih baik. (Lingkar Network | Lingkar.news)