SEMARANG, Lingkar.news – Bencana hidrometeorologi yang melanda sejumlah daerah di Jawa Tengah pada 20Januari 2025 juga berdampak pada kegiatan belajar dan mengajar di beberapa sekolah di sebelas kabupaten.
Kepala Dinas Pendidikan dan Kebudayaan Provinsi Jawa Tengah, Uswatun Hasanah, mengungkapkan terdapat 25 sekolah di sebelas kabupaten/kota di Jawa Tengah yang terdampak bencana.
“Ada sebelas kabupaten dan kota diantaranya, Cilacap, Demak, Grobogan, Kota Magelang, Kota Surakarta, Kota Tegal, Brebes, Pemalang, Kudus, Pekalongan, Purworejo,” jelasnya saat ditemui di kantornya pada Kamis, 23 Januari 2025.
Uswatun memberikan rincian sekolah-sekolah yang terdampak bencana di Jawa Tengah
- Kabupaten Cilacap: SMK N Karang Pucung
- Kabupaten Purworejo: SMK N 2 Purworejo
- Kabupaten Grobogan: SMA 1 Purwodadi, SMA Muhammadiyyah Purwodadi, SMK Nusantara Gubug, SMK Bina Negara Gubug, SMK S Gajah Mada, SMK S Pembangunan Nasional Purwodadi, SMK S BP Darul Ulum, SLB YPLB Danyang Purwodadi, SMA N 1 Grobogan, SMA PGRI Purwodadi, SLB PGRI Purwodadi, SMA Miftahul Huda Purwodadi
- Kabupaten Kudus: SLB Sunan Muria
- Kabupaten Demak: SMA N 1 Guntur
- Kabupaten Pekalongan: SMK Nurul Ummah, SMA N 1 Petungkriyono
- Kabupaten Pemalang: SMA N 1 Belik
- Kabupaten Brebes: SMA N 1 Wonosari, SMK Madani
- Kota Magelang: SMK Pius 10 Magelang
- Kota Surakarta: SMAN 8 Surakarta
- Kota Tegal: SMKN 1 Tegal, SMK Harapan Bersama
Uswatun menjelaskan bahwa ada beberapa sekolah yang mengalami kerusakan dengan tingkat kerusakan sedang sampai parah.
“Beberapa gedung sekolah, ada yang sampai rusak parah sampai atap roboh, yaitu di Kabupaten Cilacap, SMK N Karang Pucung,” tuturnya.
Ia menyatakan dari 25 sekolah yang terdampak bencana, memiliki total kerugian yang juga beragam.
“Kerugian ada yang mencapai Rp50 juta lebih, dan paling rendah itu tidak sampai merugikan aset sekolah, hanya sampah dan lumpur,” ujarnya.
Pihaknya mengimbau agar sekolah-sekolah terdampak bencana tersebut mengutamakan keselamatan para murid, guru, serta pegawai.
“Kami mengimbau agar yang paling utama diselamatkan adalah para peserta didik dan guru, baru kemudian penyelamatan aset,” tegasnya.
Akibat terdampak bencana itu proses belajar mengajar bila belum memungkinkan secara tatap muka. Oleh karena itu ia mengimbau pihak sekolah untuk melakukan pembelajaran daring.
“Sampai saat ini kami juga imbau kepada sekolah-sekolah yang terdampak bencana itu, untuk mengedepankan pembelajaran daring, terutama yang memiliki kerusakan parah,” tandasnya. (Lingkar Network | Syahril Muadz – Lingkar.news)