SEMARANG, Lingkar.news – Harga cabai di Jawa Tengah mahal pada awal Ramadan 2025 bukan hanya disebabkan peningkatan permintaan konsumen. Ada sejumlah faktor lain yang membuat harga cabai itu melonjak di Rp80.000 hingga Rp120.000 per kilogram.
Dinas Perdagangan dan Perindustrian (Disperindag) Jawa Tengah mencatat kenaikan harga cabai di Jateng itu terjadi di sejumlah daerah seperti Semarang, Kendal, dan Brebes.
Kepala Disperindag Jateng, Sakina Rosellasari, menyatakan peningkatan permintaan konsumen pada awal Ramadan memang menjadi salah satu faktor harga cabai melonjak drastis. Namun cuaca ekstrem, lahan penghasil cabai puso, hingga ongkos transportasi juga membuat distributo menaikkan harga komoditas cabai.
“Yang pasti (penyebab harga cabai naik) memang permintaannya banyak, jadi ketika Ramadan kebutuhannya luar biasa. Kemudian cuaca tidak mendukung, dan ada beberapa daerah mengalami puso, kemudian kendala tranportasi,” bebernya, Selasa, 4 Maret 2025.
Sakina mengatakan ada program gerakan menanam cabai di pekarangan rumah sebagai salah satu upaya mewujudkan ketahanan pangan, tetapi pelaksanaannya belum maksimal.
“Beberapa bulan lalu beberapa daaerah menyampaikan gerakan menanam cabai di pekarangan itu belum panen. Masih cabai kecil- kecil, warnanya hijau, belum siap panen,” bebernya.
Kendati begitu, kata Sakina, Pemprov Jateng terus melakukan pemantauan harga di 35 kabupaten/kota untuk mengantisipasi lonjakan harga lebih tinggi. Apabila ada daerah dengan harga yang lebih rendah akan diarahkan untuk didistribusikan ke daerah yang harganya masih tinggi.
“Tapi kami berusaha menjaganya dengan stok dari kabupaten/kota. Kita berkoordinasi ketika ada harga yang lebih rendah itu untuk bisa dikirim ke yang tinggi,” ucapnya.
Pihaknya juga menggencarkan operasi pasar murah di seluruh daerah selama bulan Ramadan ini. Hal ini juga menjadi program pemerintah pusat yang berkoordinasi dengan Kantor Pos.
“Operasi pasar yang pasti dari Badan Pangan Nasional juga ada program operasi pasar di Kantor Pos. Pemerintah provinsi dan kabupaten/kota ada gerakan pasar murah, kemudian CSR yang disalurkan ketika ada pasar murah,” tandasnya. (Lingkar Network | Syahril Muadz – Lingkar.news)