PATI, Lingkar.news – Meskipun kasus gagal ginjal pada anak nihil, Dinas Kesehatan (Dinkes) Kabupaten Pati tetap meminta tenaga pendidik atau guru dan orang tua untuk mengawasi anak-anak dalam membeli jajanan.
Kepala Dinas Kesehatan (Dinkes) Kabupaten Pati dr. Aviani Tritanti Venusia melalui Kepala Bidang (Kabid) Pelayanan Kesehatan Dinkes Kabupaten Pati dr. Joko Susanto mengimbau tenaga pendidik untuk mengawasi peserta didik dalam mengonsumsi makanan ataupun minuman di lingkungan sekolah.
Menurutnya, makanan dan minuman cepat saji, khususnya yang mengandung kadar gula tinggi sangat berbahaya bagi fungsi ginjal anak-anak.
“Faktor risiko gagal ginjal dapat disebabkan konsumsi makanan maupun minuman berkadar gula tinggi,” ucap dr. Joko di Pati, Kamis, 15 Agustus 2024.
Cintai Ginjal Anda! Gagal Ginjal di Kalangan Muda Cukup Tinggi
Selain makanan dan minuman, kata dia, faktor yang menyebabkan gagal ginjal juga diakibatkan oleh kelainan bawaan yang dialami anak.
“Faktor lain yang memicu terjadinya gagal ginjal adalah kelainan kongenital bawaan anak. Misalnya kelainan jantung, paru, imun tubuh, darah dari keturunan juga ada. Bahkan ginjal pun juga ada, misalnya ginjalnya yang tidak berkembang,” jelasnya.
Maka dari itu, ia menekankan pentingnya langkah pencegahan. Mengingat, banyak makanan dan minuman berkadar gula tinggi yang beredar di lingkungan sekolah maupun rumah.
“Berdasarkan data laporan Tim Pencegahan dan Pengendalian Penyakit Tidak Menular (PTM) Dinkes Kabupaten Pati, sampai saat ini belum ada ditemukan atau dilaporkan kasus gagal ginjal pada anak yang dilakukan hemodialisa atau cuci darah di Kabupaten Pati,” tuturnya.
Marak Kasus Anak Cuci Darah, Pemerintah Didorong Buat Aturan Teknis Makanan Sehat
Lebih lanjut, pihaknya berpesan kepada tenaga pendidik di sekolah untuk mengajak peserta didik menerapkan pola hidup bersih dan sehat (PHBS).
“Guru-guru UKS atau teman-teman yang ada di sekolah juga kita sudah berikan pemahaman tentang PHBS. Salah satunya adalah harus cerdas dalam memilah serta memilih makanan dan minuman,” ujarnya.
13 Persen Populasi Indonesia Mengalami Penyakit Gula
Sebelumnya Menteri Kesehatan (Menkes) Budi Gunadi Sadikin menyebutkan ada sekitar 13 persen populasi Indonesia atau sekitar 35,8 juta orang, mengalami penyakit gula, dan potensi ini bisa semakin parah bila tidak ditangani secara berkelanjutan.
Banyaknya konsumsi gula pada makanan dan minuman berkelindan dengan kasus anak yang harus menjalani cuci darah karena mengalami kegagalan ginjal.
Hal ini, berpotensi semakin meluas, dengan tren makanan dan minuman manis saat ini yang makin membuat anak terbiasa mengonsumsi asupan berkadar gula tinggi, karena itu dia meminta agar konsumsi gula dikurangi sesuai batas aman, untuk menekan risiko penyakit.
“Banyak anak sekarang dikasih minum dan makan dengan gula tinggi. Jadi Indonesia suka gula. Padahal gula itu penyebab segala macam penyakit. Mulai dari ginjal, hati, stroke, jantung, itu penyebabnya gula,” ujar Budi, Jumat, 2 Agustus 2024.
Orang Tua Diajak Kenalkan Pola Makan Sehat dan Bergizi
Di sisi lain, orang tua bisa membantu mengenalkan anak agar mengonsumsi makanan bergizi untuk mendukung pola makan yang sehat.
Sebagaimana Poltekkes Kemenkes Semarang yang mengajak masyarakat dalam program pemberdayaan masyarakat dengan menyusun, mengolah, dan menyajikan menu makanan sehat di Balai Desa Damarsari, Kecamatan Cepiring, Kabupaten Kendal, Kamis, 15 Agustus 2024.
Ketua Tim Pengabdi dari Poltekkes Kemenkes Semarang, Titik Sapartinah, menjelaskan bahwa para kader kesehatan setempat diberi pelatihan memilih bahan makanan, cara mengolah, hingga menyusun kadar gizi sesuai dengan ketentuan Kemenkes RI yakni “Isi Piringku”. Yakni menyesuaikan kebutuhan dan usia masing-masing kelompok umur anak.
“”Harapannya kader yang sudah dilatih ini bisa menularkan kepada masyarakat. Kemudian masyarakat Desa Damarsari ini secara mandiri dan berdaya mengolah dan mencukupi kebutuhan menu ibu hamil, ibu menyusui dan baduta (bayi di bawah dua tahun) yang berisiko terkena stunting,” ujarnya.
Pedoman Isi Piringku, dalam satu piring setiap kali makan terdiri setengah piring diisi dengan sayur dan buah, sedangkan setengah lainnya diisi dengan makanan pokok dan lauk pauk.
Selain itu, Isi Piringku juga mengajak masyarakat untuk mengonsumsi 8 gelas air setiap hari, melakukan aktivitas fisik 30 menit setiap hari, dan mencuci tangan dengan air dan sabun sebelum dan setelah makan. (Lingkar Network | Setyo Nugroho/Anta/Arvian Maulana – Lingkar.news)