JAKARTA, LINGKAR — Pengurus Besar Nahdlatul Ulama (PBNU) mengimbau seluruh umat Islam di Indonesia untuk menahan diri dan tidak terprovokasi oleh pernyataan kontroversial Fuad Riyadi, yang dikenal sebagai Fuad Plered, terkait Habib Idrus bin Salim Aljufri atau Guru Tua.
Ketua PBNU bidang keagamaan dan Wakil Sekjen DP MUI bidang Fatwa, Ahmad Fahrurrozi, menyatakan bahwa perbedaan pendapat sebaiknya diselesaikan dengan kepala dingin dan menghindari tindakan saling menjatuhkan. Ia menekankan pentingnya menjaga persatuan di antara sesama umat Islam.
“Ini kan sama-sama umat Islam, sesama umat Nabi Muhammad jadi harus bisa menahan diri. Jangan saling menjatuhkan dan saling menyerang,” ujar Gus Fahrur dalam keterangan tertulis di Jakarta, Jumat (11/4).
Gus Fahrur juga mengingatkan bahwa upaya adu domba dan provokasi terkait isu nasab Habaib dan Walisongo harus dihentikan. Menurutnya, para kiai, ulama, dan Habaib memiliki peran penting dalam dakwah Islam di Indonesia sejak dahulu hingga kini.
“Ini harus dihentikan dan dicegah, karena sesungguhnya para kiai, ulama, dan Habaib adalah sesama tokoh agama Islam yang berperan penting dalam dakwah Islam di Indonesia sejak zaman dahulu, sekarang dan meneruskan perjuangan Walisongo,” tambahnya.
Ia juga menekankan bahwa umat Islam Indonesia telah menjadi contoh dunia dalam hal perdamaian dan persaudaraan antarumat beragama. Jika terjadi perselisihan, sebaiknya diselesaikan melalui musyawarah dan mufakat sesuai ajaran Rasulullah SAW, atau melalui proses hukum yang berlaku di Indonesia, bukan dengan debat publik yang berujung pada saling menghina.
Polemik ini bermula dari usulan pemberian gelar pahlawan nasional kepada Guru Tua, pendiri Alkhairaat. Fuad Plered menanggapi usulan tersebut dengan menyatakan bahwa Guru Tua tidak memiliki kontribusi signifikan terhadap perjuangan kemerdekaan Indonesia, bahkan menggunakan kata-kata yang dianggap menghina. Fuad kemudian mengklarifikasi pernyataannya tersebut. (RARA – LINGKAR)