Lingkar.news – Dalam setiap buku yang dibaca, pasti ada ilmu yang dapat dipetik, walaupun hanya sedikit. Minimal ilmu itu soal hikmah kehidupan. Hal itulah yang membuat Ummu Nadhifah hobi membaca sejak belia. Dari duduk di bangku sekolah, ia sering ke perpustakaan untuk membaca buku fiksi dan nonfiksi.
Dara 21 tahun itu mengaku menyukai karya-karya Tere Liye karena judul bukunya banyak dan sesuai dengan nilai-nilai kehidupan.
“Ada satu buku Tere Liye yang menurut saya paling bagus, yaitu buku berjudul “Semoga Bunda Disayang Allah”. Jadi itu kisah anak kecil yang dari kecil sudah tidak bisa melihat, mendengar, dan berbicara. Anak itu temperamental banget karena sekelilingnya ‘kan gelap semua, tapi akhirnya ada satu guru yang bisa menenangkannya,” katanya.
Tak tanggung-tanggung kecintaannya dalam membaca juga membuatnya meraih juara dua tingkat nasional lomba story telling di Jakarta. Ia juga menjadi volunteer di NTT dalam rangka donasi buku kerja sama dengan Perpustakaan Pelangi.
“Jadi saat sekolah di MAN Demak itu ‘kan ada ITE dari Aminef (American Indonesian Exchange Foundation) dari Amerika. Dia ngajar di MAN Demak selama sepuluh bulan. Setelah mau selesai ia mengajak muridnya untuk mengikuti lomba story telling di Jakarta dengan tema Homecome dan yang menang hadiahnya trip ke NTT sekalian jadi volunteer di sana,” terangnya riang.
Selain menjadi Polwan, siapa sangka dirinya juga merupakan seorang penghafal al-Quran. Hebatnya ia mengaku tidak kesulitan dalam membagi waktu antara bekerja dan muroja’ah hafalannya.
“Jadi saya punya motivasi menghafal al-Quran itu karena kakak-kakakku sudah hafal Al-Quran. Dari situ saya merasa beda sendiri akhirnya saya ikut hafalin,” ungkapnya.
Ia mengaku tidak menyangka kalau dirinya akan jadi Polwan, karena dulu tidak pernah mempunyai cita-cita untuk menjadi seorang polisi.
“Jadi awalnya jadi Polwan itu setelah lulus dari MAN, guru saya pagi-pagi nelepon saya disuruh ke Polres mengumpulkan berkas-berkas, terus sampai sini saya disuruh daftar. Jadi saya daftar di sini lewatnya Rekpro (rekrutmen proaktif),” pungkasnya.
Syukur Alhamdulillah, ia memang dimudahkan untuk menjadi polisi wanita. Meski begitu, ia tak lupa untuk tetap menjaga hafalan al-Qurannya. (Lingkar Network | Tomi Budianto – Koran Lingkar)