Lingkar.news – Kabar tentang tindak pidana korupsi hampir setiap hari kita dengar yang selalu menghiasi pemberitaan di media massa maupun sosial media. Umumnya para pelaku korupsi yang tertangkap adalah para pegawai atau pejabat pemerintahan yang menempati posisi strategis.
Seperti kita ketahui, kehidupan mereka yang korup bisa dikatakan sudah layak, gaji besar, bahkan kebutuhan primer dan sekunder semuanya sudah terpenuhi, lalu kenapa mereka masih saja korupsi?
Penyebab Korupsi Menurut Teori GONE
Penelitian menyebutkan alasan seseorang korupsi bisa beragam, namun secara singkat dikenal teori GONE untuk menjelaskan faktor penyebab korupsi. Teori GONE yang dikemukakan oleh penulis Jack Bologna adalah singkatan dari Greedy (Keserakahan), Opportunity (kesempatan), Need (Kebutuhan) dan Exposure (pengungkapan).
Dalam Teori tersebut mengungkapkan bahwa seseorang yang korupsi pada dasarnya serakah dan tak pernah puas. Tidak pernah ada kata cukup dalam diri seorang koruptor. Keserakahan didukung dengan kesempatan (menjabat posisi tertentu), maka akan menjadi pemicu terjadinya korupsi.
Setelah keserakahan dan adanya kesempatan, seseorang berisiko melakukan korupsi jika orang tersebut memiliki gaya hidup yang berlebihan. atau bisa jadi lingkungan orang yang korupsi memiliki gaya hidup yang tidak sebanding dengan pendapatan.
Yang terakhir adalah Exposure atau penindakan atas pelaku yang tidak mampu menimbulkan efek jera bagi para pejabat yang terbukti korupsi. Jadi, secara tidak langsung seorang akan tidak lagi takut untuk korupsi.
Penyebab Korupsi Teori Fraud Triangle (TFT)
Teori lain yang menjelaskan perihal penyebab tindak pidana korupsi diungkapkan oleh peneliti Donald R Cressey yang dikenal sebagai Teori Fraud Tiangle (TFT). Teori TFT ini muncul setelah Cressey mewawancarai 250 orang terpidana kasus korupsi dalam waktu 5 bulan.
Dalam teori tersebut, ada tiga tahapan penting yang mempengaruhi seseorang untuk melakukan korupsi, yaitu pressure (tekanan), opportunity (kesempatan), dan rationalization (rasionalisasi).
Penyebab Pertama Seseorang memiliki motivasi untuk korupsi karena tekanan dalam kehidupannya, misalnya motif ekonomi atau dorongan dari orang terdekat. Namun menurut Cressey tekanan ini terkadang tidak benar-benar ada. Seseorang cukup berpikir bahwa dia tertekan atau tergoda pada bayangan insentif, maka penyebab pertama ini telah terpenuhi.
Penyebab Korupsi yang kedua adalah kesempatan. Contoh yang paling mudah ditemui adalah lemahnya sistem pengawasan sehingga memunculkan kesempatan untuk korupsi. Menurut Cressey, jika dia tidak melihat adanya kesempatan maka korupsi tidak bisa dilakukan.
Penyebab yang Terakhir adalah rasionalisasi. Cressey menemukan bahwa para pelaku tindak pidana korupsi selalu memiliki rasionalisasi atau pembenaran untuk melakukan korupsi. Rasionalisasi ini setidaknya mengurangi rasa bersalah pelaku, contohnya “saya korupsi karena tidak digaji dengan layak”, “saya korupsi karena sudah umum dilakukan”, “saya korupsi juga untuk beramal” dan lain sebagainya.
Kesimpulan :
Kita semua setuju bahwa tindak pidana korupsi merupakan hal yang keji, namun di negara Indonesia pada khususnya penghapusan budaya korupsi masih menjadi pekerjaan rumah yang berat bagi generasi selanjutnya. Sedangkan dari kedua teori diatas penulis dapat menyimpulkan Teori Fraud Triangle yang paling mendekati dalam kehidupan nyata. ( Lingkar Network – Lingkar.news )