JAKARTA, Lingkar.news – Partai Demokrasi Indonesia Perjuangan (PDIP) saat ini menjadi partai paling seksi dengan popularitas paling tinggi. Popularitas itu terlihat dari hasil survei Saiful Mujani Research and Consulting (SMRC) dalam kanal YouTubenya, yang menjelaskan peta kekuatan partai politik saat ini masih didominasi PDIP.
Direktur Riset SMRC, Deni Irvani, mengatakan, jika pemilihan diadakan sekarang, PDIP mendapat dukungan terbesar, 23,7 persen, disusul Gerindra 9,2 persen, Golkar 8,3 persen, PKB 6,2 persen, Demokrat 5,7 persen, PKS 2,5 persen dan Nasdem 2 persen. Sementara partai-partai lain masih di bawah 2 persen. Dan sebanyak 35,6 persen responden belum menentukan pilihan.
Kekuatan partai yang cukup tinggi membuat banyak kepala daerah terpincut partai berlambang banteng ini. Seperti yang disampaikan, Sekretaris Jenderal (Sekjen) DPP PDIP Hasto Kristiyanto bahwa banyak kepala daerah di luar partainya yang ingin bergabung menjadi kader PDIP.
“Ini banyak kepala daerah dari luar partai yang mau bergabung ke PDIP atas inisiatif sendiri, bukan karena kami takut-takuti. Itu pun kami latih dahulu, setelah dilatih kami tanya, apa betul benar mau bergabung ke PDIP. Kami hati-hati dalam hal tersebut,” kata Hasto di sela-sela Rakernas II PDIP Tahun 2021, di Sekolah Partai PDIP, Lenteng Agung, Jakarta Selatan, Rabu (22/06).
Ia menambahkan, partainya lebih mengutamakan figur independen dibandingkan politikus dari parpol lain. Hasto tidak menjelaskan siapa saja kepala daerah yang ingin bergabung ke PDIP. Namun ia menyebut pihaknya memprioritaskan yang berasal dari non partai.
“Ya, ada yang dari independen, kami lebih prioritas yang dari non partai. Kalau dari sesama partai, ya, kami jaga hubungan baik,” terangnya.
Menurutnya, PDIP bakal memberikan pembekalan kepada kepala daerah yang ingin bergabung mulai dari pengetahuan AD/ART hingga ideologi.
“Kami latih dahulu, setelah dilatih kami tanya, apa betul mau bergabung ke PDIP. Kami hati-hati dari hal tersebut. Apakah motifnya untuk bergabung ke PDIP. Bagaimana AD/ART, bagaimana pemahaman terhadap ideologi, itu kami ajarkan,” ujar Hasto.
Namun, lanjutnya, PDIP tidak terburu-buru menerima tokoh ketika yang bersangkutan berasal dari parpol lain. PDIP akan menyarankan kader partai lain yang mau menyeberang bisa menyelesaikan masalah di tempat sebelumnya.
“Kalau ada masalah di internal, mbok, ya, diselesaikan dahulu masalah internal, itu PDI Perjuangan. Bukan malah kemudian justru memperbesar masalah internal dari partai lain, karena kami tidak bermaksud dan tidak suka intervensi kedaulatan partai politik,” tambahnya.
Ia menegaskan, PDIP tidak akan memilih calon presiden (capres) dan calon wakil presiden (cawapres) berdasarkan popularitas dan figur seseorang. PDIP tidak akan memanfaatkan teori efek ekor jas atau “coattail effect” untuk menentukan kandidat pada Pilpres 2024.
“PDIP bukan tipe partai yang menggunakan jalan pintas dengan menggunakan teori efek ekor jas dalam menentukan kandidat,” tegasnya.
Hasto menyatakan, PDIP memiliki strategi yang mendasar melalui pengkaderan. “Kalau bagi kami, rekrutmen harus tumbuh dari bawah, kaderisasi dan kepemimpinan melalui Sekolah Partai ini,” kata Hasto.
Ia menjelaskan, Ketua Umum PDIP Megawati Soekarnoputri menjadi pusat untuk menentukan siapa yang akan dipilih pada Pilpres 2024. Megawati memiliki perhatian bahwa organisasi itu harus dibangun dari bawah. “Itu jauh lebih penting daripada popularitas diri,” jelas Hasto.
Sebelum adanya keputusan Ketua Umum Megawati mengenai Pemilu 2024, lanjut Hasto, PDIP terus melakukan konsolidasi dan bergerak ke bawah. Dia berharap pada waktunya nanti gerakan organisasi semakin efektif.
“Semua apa yang menjadi harapan rakyat bisa ditangkap dan diformulasikan menjadi kebijakan politik. Itulah yang menjadi jurus politik PDI Perjuangan di dalam memenangkan pemilu,” kata Hasto.
Oleh karena itu, PDIP tidak akan menggunakan efek ekor jas dalam menentukan kandidat pada Pilpres 2024.
“Coattail effect itu diharapkan muncul dari rakyat. Rakyat itu sebetulnya pemimpin dari segala pemimpin,” tandasnya. (Lingkar Network | Lingkar.news)
Elektabilitas Partai Politik
- PDIP 23,7 %
- Gerindra 9,2 %
- Golkar 8,3 %
- PKB 6,2 %
- Demokrat 5,7 %
- PKS 2,5 %
- Nasdem 2 %
- Partai-partai lain masih di bawah 2%
- Belum menentukan pilihan 35,6 %
Sumber: Hasil survei Saiful Mujani Research and Consulting (SMRC), 2024