SEMARANG, Lingkar.news – Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Kabupaten Semarang secara resmi menutup operasi pemadaman kebakaran hutan (karhutla) di lereng Gunung Telomoyo, yang masuk di wilayah Dusun Dangklik, Desa Tolokan, Kecamatan Getasan, Kabupaten Semarang, pada Kamis, 19 September 2024 sekitar jam 13.00 WIB di Posko Darurat Dusun Dangklik, Desa Tolokan, Getasan.
Kepala BPBD Kabupaten Semarang, Alexander Gunawan Tribiantoro menjelaskan bahwa api yang membakar lahan di lereng Gunung Telomoyo sudah padam pada Kamis pagi, 19 September 2024.
“Bahkan, setelah dilakukan penyisiran oleh tim relawan gabungan di lereng-lereng Gunung Telomoyo, titik api juga sudah tidak ditemukan oleh teman-teman relawan yang terbagi dalam beberapa tim yang naik di atas Gunung Telomoyo,” ungkap pria yang akrab disapa Alex itu kepada Lingkar.
Pada kesempatan itu, Alex juga menyatakan bahwa total luasan lahan yang terbakar di lereng Gunung Telomoyo itu seluas 5,5 Hektare (Ha) dimana hasil luasan lahan yang terbakar itu juga berdasarkan pada hasil koordinasi dengan Perhutani.
“Bahkan kami sudah memantau melalui camera drone, memang lahan yang terbakar pada Rabu malam, 18 September 2024 itu di lokasi yang sangat curam sekali, maka dari itu tadi penyisiran sempat dilakukan beberapa kali untuk memastikan lokasi itu betul-betul aman,” terangnya.
Alex menambahkan, dari hasil evaluasi dan pantauan dari tim relawan gabungan yang melakukan penyisiran di lereng Gunung Telomoyo, disebutkan kondisi saat ini aman dan terkendali (mandali, red).
Maka dari itu, operasi pemadaman api di lereng Gunung Telomoyo tersebut secara resmi dihentikan, dan beberapa relawan diantaranya akan tetap melakukan pemantauan untuk perkembangan berikutnya, pasca operasi pemadaman tersebut dihentikan dan ditutup.
“Karena memang api sudah padam, sekitar jam 05.00 WIB kami mendapat laporan sudah padam api itu, hanya saja di jam 07.30 WIB kami melakukan penyisiran dan sejauh ini hasilnya nihil dimana artinya tidak ada titik api yang ditemukan sama sekali di lereng Gunung Telomoyo,” bebernya.
Kepala BPBD Kabupaten Semarang itu juga menyatakan, bahwa pihaknya juga membutuhkan peran warga sekitar di Dusun Dangklik, Desa Tolokan ini untuk bersama-sama ikut memantau kondisi di lereng Gunung Telomoyo.
“Tetapi demikian, operasi insidental (operasi tertentu, red) ini tetap harus kami selesaikan tadi dan hasilnya sudah tidak ditemukan titik api di lereng Gunung Telomoyo itu. Akan tetapi, pemantauan tetap kami lakukan baik dari BPBD, Perhutani, relawan, dan warga setempat, termasuk TNI, Polri juga akan membantu kami untuk melakukan pemantauan,” terangnya.
Alex juga menegaskan, bahwa dampak yang dialami dari peristiwa kebakaran di lereng Gunung Telomoyo itu tidak signifikan seperti kebakaran di Gunung Merbabu tahun lalu, yang memiliki dampak sangat besar.
“Tidak terlalu signifikan ya untuk dampaknya, hanya saja luasan lahan yang terbakar saja, karena juga di lokasi munculnya api di lereng Gunung Telomoyo ini juga tidak ditumbuhi pohon-pohon yang penting atau dilindungi, bahkan juga tidak termasuk pohon homogen, karena lereng yang curam ini hanya ditumbuhi semak belukar saja,” imbuh dia.
Kebakaran Gunung Telomoyo Semarang, Total 5,5 Hektare Lahan Terdampak
Ditanya soal dampak ancaman ke warga yang ada di Dusun Dangklik, Desa Tolokan yang termasuk salah satu desa paling dekat dengan lereng Gunung Telomoyo yang terbakar itu, Alex menyatakan jika upaya isolasi sempat dilakukan pada Rabu malam.
“Yang namanya dampak ancaman dari suatu bencana pasti ada, maka dari itu sejak semalam kami melakukan isolasi yang dekat dengan pemukiman warga. Artinya kita pastikan dulu warga ini aman dari bencana yang terjadi,” katanya.
Soal penyebab, Alex menegaskan akan menyerahkan penyelidikan penyebab terjadinya kebakaran di lereng Gunung Telomoyo itu ke pihak kepolisian yang juga melakukan penyisiran sekaligus investigasi hari ini bersama Polisi Kehutanan Indonesia (Polhut) Perhutani.
Kesaksian Warga Saat Kebakaran Gunung Telomoyo Terjadi
Sementara itu, diungkapkan oleh warga asli di Dusun Dangklik, Desa Tolokan, Kecamatan Getasan, Kabupaten Semarang, yaitu Murni (51) dan Warni (51) menyatakan bahwa pada saat kebakaran terjadi di lereng Gunung Telomoyo itu warga di Dusun Dangklik tidak takut.
“Tidak takut, karena kami tahu api itu tidak akan sampai di pemukiman kami yang ada dibawah lereng Gunung Telomoyo itu, dan warga juga aman-aman saja sejauh ini, kami tetap melakukan aktivitas kami seperti biasanya saat kebakaran terjadi,” ujarnya.
Murni dan Warni yang merupakan warga asli Dusun Dangklik itu juga mengatakan, kebakaran pernah sempat terjadi di Gunung Telomoyo namun tidak sebesar peristiwa kebakaran pada Rabu malam, 18 September 2024.
“Pernah kebakaran, sudah lama, tapi tidak sebesar ini. Kebakaran ini kami akui cukup besar, tapi tidak membuat kami warga disini atau warga di Bumi Perkemahan Watu Tumpeng ini takut. Ya kami hanya yakin kebakaran ini tidak semenakutkan di Gunung Merbabu tahun lalu,” bebernya.
Ditanya soal apakah warga sering melakukan aktivitas di lereng Gunung Telomoyo, Marni dan Warni mengakui memang banyak warga yang melakukan aktivitas di gunung tersebut.
“Ngarit ya, cari rumput untuk pakan ternak kami, jadi warga yang tinggal di dekat lereng Gunung Telomoyo ini sudah setiap harinya melakukan aktivitas di Gunung Telomoyo. Apalagi kalau hari libur banyak pendaki ke sini, jadi ya aktivitas kami memang di Gunung Telomoyo ini,” tukasnya.(Lingkar Network | Hesty Imaniar – Lingkar.news)