Gunungkidul, Lingkar.news – Olahraga tradisional jemparingan akan disinergikan dengan objek wisata oleh Dinas Kebudayaan (Kundha Kabudayan) Kabupaten Gunungkidul, Daerah Istimewa Yogyakarta, sehingga bisa menjadi wisata kebudayaan untuk menarik minat wisatawan berkunjung ke wilayah setempat.
Kepala Dinas Kebudayaan Gunungkidul, Minggu (29/9), menyebut bahwa pihaknya telah menggagas olahraga jemparingan di objek wisata selama tiga tahun untuk menjadikannya sebagai destinasi wisata kebudayaan,
“Di obyek-obyek wisata ini sudah mulai muncul tempat yang digunakan untuk jemparingan, dan ini menjadi semangat kita bersama untuk melestarikan olahraga tradisional jemparingan ini,” kata Agus.
Agus menjelaskan bahwa jemparingan adalah olahraga tradisional khas Kerajaan Mataram. Ada banyak makna filosofi terkandung di olahraga ini, dan olahraga panahan tradisional itu masih eksis hingga sampai saat ini.
Jemparingan merupakan olahraga panahan tradisional yang sudah ada sejak era Sri Sultan Hamengku Buwono I. Jemparingan berasal dari kata jemparing yang berarti manah atau memanah.
“Kegiatan yang akan kami coba dukung talenta-talenta dari Gunungkidul di bidang olahraga tradisional ini,” katanya.
Agus Mantara menyebutkan dari data yang ada berdasarkan tempat latihan paling banyak berasal dari Ngawen , disusul Semin, kemudian ada di Karangmojo, dan Wonosari.
“Kami masih mengembangkannya diberbagai wilayah di Gunungkidul,” katanya.
Pelaksana tugas Bupati Gunungkidul Heri Susanto mengatakan bahwa olahraga tradisional ini dapat menjadi sebuah potensi bila dikembangkan dengan baik.
“Jemparingan ini dapat menjadi destinasi wisata kebudayaan tentunya dengan dikolaborasikan karena dapat memberikan perkembangan ekonomi,” kata Heri Susanto.
Ia berharap berharap ke depan dapat terus dikembangkan lagi baik dari generasi tua maupun muda bersama-sama melestarikan.
“Olahraga tradisional ini mengkolaborasikan dan mensinergikan menjadi wisata kebudayaan untuk menarik minat wisatawan berkunjung ke Gunungkidul,” katanya. (rara-lingkar.news)