KABUPATEN SEMARANG, Lingkar.news – Pelaksana Tugas (Plt) Kepala Dinas Peternakan dan Kesehatan Hewan (Disnakkeswan) Pemerintah Provinsi Jawa Tengah (Pemprov Jateng), Ignatius Haryanta Nugraha, mengatakan hasil produksi ternak di Jateng menjadi pendorong pelaksanaan program makan bergizi gratis.
Haryanta menyebutkan hasil produksi peternakan di Jateng surplus, khususnya telur ayam ras dan daging ayam ras. Jumlah tersebut dinilai mampu mencukupi kebutuhan program MBG kepada 9 juta penerima.
“Artinya, kalau berdasarkan catatan misal kami harus menyiapkan 9 juta butir telur ayam ras per hari, atau kurang lebih 1.500 ton per hari itu bisa kita cukupi dengan telur dan daging ayam ras,” terangnya di Ungaran, Senin, 28 April 2025.
Sedangkan terkait pemerintah yang membuka impor daging, menurut Haryanta, hal itu akan menjadi tantangan bagi sektor pertenakan. Dalam jangka pendek, rakyat belum siap bersaing langsing dengan bahan impor yang harganya relatif lebih murah.
Namun dampak jangka panjanng impor daging, kata Haryanta, akan membuat para peternak bisa melakukan budi daya ternak yang lebih efisien.
“Dengan demikian, harga itu bisa ditekan, dan tidak terlalu berbeda jauh harganya antara daging lokal dengan daging impor. Dengan demikian, akan ada daya saing disana, disamping memang kebiasaan masyarakat kita yang justru lebih suka menikmati atau mengkonsumsi daging dari hasil peternakan lokal kita,” terangnya.
Walau demikian, Haryanta menyebut masyarakat cenderung lebih senang mengkonsumsi daging ayam kampung jika dibandingkan dengan daging ayam ras dan boiler. Maka dari itu, hal ini menjadi peluang bagi peternak dan pemerintah dalam menyikapi kebijakan impor daging ini di Indonesia.
“Tentu memang ini jadi tantangan tersendiri, maka dari itu ada berbagai upaya yang akan kami lakukan, diantaranya terus mensosialisasikan ke warga masyarakat untuk gemar mengkonsumsi produksi ternak-ternak lokal kita,” lanjut dia.
Ia mengatakan di Ungaran saja sudah banyak pasar baik pasar tradisional maupun modern, yang menjual produk-produk hewani lokal.
“Sudah banyak sekali pedagang yang menjual produk-produk daging lokal kita, contoh daging ayam kampung, daging bebek yang dijual. Itupun sampai kekurangan bahan baku, karena memang sangat diminati dipasaran dibandingkan dengan misal daging itik dari China, dimana rasanya lebih enak daging produksi ternak lokal kita,” tuturnya.
Dia menyebut pasar yang besar itu, justru menjadi peluang besar bagi peternak-peternak lokal, termasuknya di Jateng.
“Dan hal inilah, yang akan didorong oleh Pemprov Jateng, supaya produksi ternak lokal di Jateng sendiri bisa semakin besar untuk dapat memenuhi permintaan pasar,” pungkasnya. (Lingkar Network | Hesty Imaniar – Lingkar.news)