DEMAK, Lingkar.news – Bupati Demak, Eisti’anah, menyebut bahwa angka kematian ibu (AKI) dan angka kematian bayi (AKB) cukup tinggi sehingga Pemerintah Kabupaten Demak terus mencari terobosan untuk menurunkan kasus tersebut.
“Masalah gizi ibu hamil akhirnya karena kita telah melihat penyebabnya, maka kita lakukan diskusi, bukan hanya saat permasalahan melahirkan saja tapi upaya sebelumnya,” ujar Eisti’anah usai membuka kegiatan Diseminasi penurunan AKI dan AKB bertempat di Hotel Amantis, Demak, Selasa, 17 September 2024.
Pemkab Demak mengajak seluruh stakeholder lintas sektoral untuk saling kerja sama menurunkan AKI dan AKB. Eisti’anah mencontohkan penanganan kasus stunting yang membutuhkan peran berbagai pihak.
“Seperti kita penangan stunting itu ‘kan upaya preventif makanya kita mengundang Kemenag mengedukasi calon pengantin. Kemudian tadi disampaikan oleh Bapak Kadinkes masalah anemia, kita mengundang Dindikbud antara puskesmas dan sekolahan saling berkoordinasi untuk memberikan tambah darah tidak hanya menjaga kasus stuntingmya, tapi juga adanya kasus yang nanti bisa menekan angka kematian ibu,” jelasnya.
Bupati menyebut ada peningkatan AKB di Kabupaten Demak, sampai bulan Agustus 2024 kasus AKB mencapai 101 kasus.
“Kalau terakhir sampai saat ini di Bulan Agustus AKB 101. Ada peningkatan tapi semoga sudah cukup sampai di situ,” ungkapnya.
Ia mengatakan AKB didominasi oleh bayi yang masih dalam kondisi neonatal atau bayi yang baru lahir atau usia kurang dari satu bulan sehingga tubuh masih sangat lemah dan rentan terkena penyakit. Kendati demikian, kasus tersebut juga ada kaitannya dengan kondisi ibu saat dalam kondisi mengandung.
“Kematian bayi itu tertinggi saat masih neonatal jadi ada hubungannya dengan ibu saat hamilnya,” ujarnya.
Sementara kasus AKI disebabkan kondisi ibu hamil tersebut sudah memiliki penyakit penyerta.
“Kalau khusus ibu, kebanyakan penyakit penyerta bukan saat melahirkan. Ada kasus hipertensi ya mungkin kejang, kemudian bawaan jantung itu semakin memperburuk saat proses persalinan,” ujarnya.
Sementara itu, Kepala Dinas Kesehatan Kabupaten (DKK) Demak, Ali Maimun menambahkan bahwa salah satu penyebab kematian pada bayi lantaran lamanya proses persalinan.
“Lama persalinan juga bisa menyebabkan asfiksia atau bayi enggak nangis saat lahir. Itu karena lama mendapat pertolongan, bayi sudah di bawah panggul itu ‘kan berpacu dengan waktu akhirnya lahir kekurangan oksigen,” terangnya.
Salah satu untuk mengantisipasi terjadinya hal itu, Dinkes terus menggalakkan agar para ibu hamil dan keluarga untuk rajin membaca dan belajar buku KIA.
“Jadi sebenarnya didalam buku saya sudah lengkap permasalahan-permasalahan yang bisa diketahui oleh keluarga atau ibu hamil. Dimulai dari tanda-tanda risiko, bahaya, kemudian kapan harus segera dibawa ke tenaga kesehatan disitu sudah jelas. Jadi kita menggalakkan mereka membaca dan mempelajari buku KIA,” ujarnya.
Dalam menekan AKI dan AKB di wilayah Kabupaten Demak, pihaknya mengimbau agar ibu hamil diberikan pendampingan secara ketat, apalagi jika ibu hamil tersebut sudah terdeteksi memiliki penyakit penyerta lainnya yang dapat mengakibatkan kondisi yang fatal.
“Jadi ibu hamil itu jarus didampingi secara ketat. Apalagi yang sudah diketahui dari sekrening itu mempunyai penyakit-penyakit penyerta, jadi kapan harus segera dirujuk. Misal diketahui kena penyakit kencing manis itu ya harus sering konsultasi ke dokter penyakit dalam untuk mengurangi resiko yang nanti bisa fatal,” tuturnya.
Sebagai informasi tambahan, Jumlah kematian bayi usia 0-11 bulan di Kabupaten Demak mengalami peningkatan dibanding tahun sebelumnya. Periode Januari – Agustus 2023 sebanyak 39 kasus, sementara di tahun 2024 sampai dengan bulan Agustus AKB mencapai 101 kasus. (Lingkar Network | M. Burhanuddin Aslam – Lingkar.news)