PATI, Lingkar.news – Nasib kurang beruntung dialami Kartini, janda lansia warga Desa Dukuhseti, Kecamatan Dukuhseti, Kabupaten Pati, Jawa Tengah itu, kini harus berjuang sendiri melawan kanker payudara akut yang dideritanya sejak dua tahun terakhir.
Kartini tinggal di sebuah gubug berdinding anyaman bambu berukuran 3×5 dan tinggi 1,5 meter. Kartini hanya hidup sebatang kara setelah ditinggal suaminya meninggal dunia lima tahun lalu. Ironisnya, ia pun terpaksa mengeluarkan uang sewa Rp 300 ribu per tahun di lahan milik tetangganya. Karena Kartini memang tidak punya lahan milik pribadi untuk bermukim.
“Kalau sewa lahan tinggal dua bulan lagi. Tak tahu nanti mau tinggal di mana,” ujar janda berusia 63 tahun itu dengan lirih.
Untuk bertahan hidup sehari-hari, Kartini hanya mengandalkan bantuan keponakan dan uluran tangan warga sekitar. Karena saat ini tidak mampu lagi bekerja sebagai asisten rumah tangga yang sebelumnya ia geluti.
Diakui, dua bulan terakhir warga RT 3 RW 7 Dukuh Purbo Desa Dukuhseti ini mengaku, baru mendapat bantuan beras dari Program Cadangan Pangan Pemerintah (CPP) yang disalurkan Bulog.
“Terima kasih tadi ada relawan yang membantu memberikan kasur dan sembako. Kemarin juga dapat bantuan beras 10 kilo dua kali. Dulu juga sempat mendapatkan bantuan uang Rp 600 ribu dari kantor pos, tapi sudah enam bulan ini mandeg,” kata Kartini.
Ia mengaku enggan ke rumah sakit untuk melakukan pengobatan kanker yang dideritanya, meski dari petugas Tenaga Kesejahteraan Sosial Kecamatan (TKSK) Dukuhseti sudah menawarinya untuk dibawa ke rumah sakit.
“Kalau di rumah sakit tidak ada yang menunggui. Jadi dulu memang saya tidak mau. Tapi kalau ada yang membantu selama perawatan saya manut saja. Selama ini, pengobatannya cuma saya baluri obat saja,” imbuh Kartini.
Sementara itu, Petugas TKSK Dukuhseti, Ika Fitrianingrum mengaku kesulitan mengajak Kartini berobat. Namun ia akan berusaha untuk membawa perawatan kanker payudara ke rumah sakit agar tertangani dengan baik.
“Karena selama ini, perawatan kanker payudara hanya dilakukan secara mandiri. Itupun hanya dengan mengoles obat luar dan diberi bantalan kain. Takutnya ini tidak higienis dan bisa mengakibatkan sakit Mbah Kartini semakin parah. Apalagi saat ini ada benjolan juga di bagian kepala,” jelasnya.
Selanjutnya, Ika akan berkoordinasi dengan sejumlah pihak untuk melakukan penanganan terbaik bagi Kartini. Karena selain tidak mendapat bantuan sosial, Kartini juga tipikal orang yang enggan merepotkan orang lain.
“Prioritasnya memang penanganan sakit Mbah Kartini, dengan dirujuk ke RS Kariadi Semarang. Karena beliau juga masih terdaftar aktif di BPJS PBI. Setelah sakitnya sembuh terserah nanti beliau berkenan dibawa ke panti jompo. Namun ini kan tidak mudah, karena perlu pertimbangan,” pungkasnya. (Lingkar Network | Lingkar.news)