JAKARTA, Lingkar.news – Wastra Indonesia, khususnya kain batik, tenun ikat, songket, dan ATBM (alat tenun bukan mesin) berpotensi tinggi menduduki pasar nasional dan internasional.
Ketua Umum Komunitas Indonesia International Fashion Art & UKM (KADIIFA), Anna Mariana, mendorong percepatan pemulihan di sektor wastra Indonesia dan UMKM. Salah satunya melalui event UKM-IKM Trade Expo (UITE) 2025 di Jakarta, Rabu, 28 Mei 2025.
Anna menyatakan pentingnya sinergi dengan sejumlah pihak. Mulai dari pengrajin lokal, komunitas desainer, dan pemerintah untuk mengembalikan daya beli dalam berbagai sektor industri-industri tradisional kearifan lokal. Serta ekonomi kreatif, khususnya pasca Covid-19.
“Keberadaan UITE 2025 sebagai momentum penting. Ini harus dimanfaatkan para pelaku usaha wastra di Indonesia dan UKM. Kita ingin membangkitkan motivasi dan semangat mendorong pasar para pelaku UKM,” kata Anna, Jumat, 30 Mei 2025.
Ia mengungkapkan bahwa pandemi berdampak berat bagi para pelaku usaha wastra dan UKM.
“Serta para pengrajin wastra tradisional begitu berat karena menurun drastis daya beli. Mengakibatkan produksi, menurun,” paparnya.
Pasalnya, saat Covid-19, lebih dari dua tahun tak ada kegiatan event marak di berbagai daerah, hingga pameran ke berbagai mancanegara.
“Di mana, para duta besar perwakilan Indonesia membantu memberi fasilitas dan peluang perdagangan ekspor untuk produk-produk kearifan lokal Indonesia. Juga mendorong promosi budaya dan perdagangan ekspor berbagai produk UMKM Indonesia membuat berhenti total. Covid-19 membuat mereka terhenti dan terpuruk karena demand dan daya beli sangat menurun drastis hingga 90 persen lebih dan sulit,” jelasnya.
Maka itu, lanjut Anna, pentingnya dukungan pemerintah khususnya kementerian Kementerian Perindustrian, Kementerian Perdagangan, dan Kementerian UMKM.
Harapannya pemerintah terus mendorong pemulihan ekonomi. Juga mendorong terciptanya pangsa pasar yang lebih besar, luas, dan lebih baik.
“Banyak pelaku UKM, terutama kerajinan wastra seperti batik, tenun ikat dan songket, semua butuh dorongan agar bisa kembali eksis di pasar domestik. Sekaligus bertransformasi menembus pasar ekspor global. Agar membantu memulihkan pasar dan daya beli,” paparnya.
Anna ingin wastra tak hanya dikenal sebagai budaya. Namun, diakui sebagai produk ekonomi bernilai ekspor dan punya value tinggi.
“Industri fashion berbasis wastra berpotensi nilai ekonomi yang tinggi jika dikembangkan ke bentuk aplikasi desain modern dan inovatif. Contoh, ragam produk wastra yang saat ini tak hanya dalam bentuk busana,” paparnya.
Tapi, sambungnya, mulai diaplikasikan ke aksesori seperti dompet, tas, sampai dekorasi rumah dan lainnya.
Jurnalis: Ceppy Febrinika Bachtiar
Editor: Ulfa Puspa