DEMAK, Lingkar.news – Batik merupakan salah satu produk budaya yang diabadikan dalam berbagai jenis produk. Seperti halnya batik khas Kabupaten Demak yang tidak hanya dituangkan pada kain, tetapi juga pintu.
Batik khas Demak memiliki beragam motif yang berasal dari potensi daerah setempat. Beberapa motif batik Demakan yang sudah banyak dikenal oleh kalangan masyarakat adalah batik motif pintu bledek, jambu, blimbing, motif Masjid Agung Demak dan ornamen-ornamen bersejarah lainnya.
Salah satu perajin batik di Demak, Mulyono (49), mengatakan bahwa proses pembuatan batik memang membutuhkan waktu yang cukup panjang, sehingga tak kaget kalau batik yang juga sebagai karya seni mempunyai nilai tinggi.
Mulyono menjelaskan proses pembuatan batik harus melalui langkah-langkah dan tahapan yang membutuhkan waktu tidak singkat, mulai dari memilih bahan hingga pewarnaan.
“Pertama persiapkan bahan, pilih kain yang bagus dan enggak cacat. Kemudian kain diproses bisa dicap langsung atau didasari warna untuk mengambil warna motif. Setelah itu dicabut (cap) atau bisa diwarnai langsung,” jelas Mulyono disela-sela kesibukannya membuat batik, Rabu, 2 Oktober 2024.
Proses selanjutnya adalah pemberian warna pada motif yang sudah dituangkan pada kain.
“Kemudian diproses lagi sesuai warna yang kita inginkan dari motif itu sendiri. Misal kalau jambu, kasih warna merah atau kuning, daunnya kasih warna hijau. Setelah itu colletan itu ditutup istilahnya pakai tembokan,” terangnya.
Desa Wisata Karangmlati Kenalkan Berbagai Corak Khas Batik Demakan
Setelah proses tersebut dilalui, lanjut pria berusia 49 tahun itu, langkah selanjutnya adalah pemberian warna dasar pada kain.
“Lalu kita kasih warna dasar, dikasih penguat warna itu waterglas, setelah diberi penguat warna menunggu kisaran sehari lalu dilorod atau dimasak di air mendidih biar malam itu bisa lepas dari kain,” ujarnya.
Dia menyebut banyak istilah-istilah tersendiri dalam proses pembuatan batik, salah satunya pelorodan yang merupakan proses penghilangan lilin atau malam yang menempel pada kain.
“Untuk pelorodan itu tergantung kondisi, kalau sudah bersih bisa diangkat, mungkin perendaman sekitar 3-5 menit itu harus air mendidih. Lalu ditiriskan dan kain batik itu udah jadi,” tutupnya.
Mulyono mengaku kain batik hasil produksinya kerap dipesan sejumlah dinas di lingkup Pemerintah Kabupaten Demak. Selain itu juga banyak pesanan dari masyarakat lokal maupun luar daerah. (Lingkar Network | M. Burhanuddin Aslam – Lingkar.news)