BEKASI, Lingkar.news – Dinas Pertanian Kabupaten Bekasi, Jawa Barat mulai memetakan lahan pertanian yang mengalami kekeringan dampak fenomena El Nino sebagai upaya meminimalisasi kerugian petani. Tercatat seluas 18 hektare lahan di Bekasi telah mengalami kekeringan.
Subkoordinator Tanaman Pangan Dinas Pertanian Kabupaten Bekasi, Dodo Hadi Triwardoyo, mengatakan pemetaan didahului dengan rapat koordinasi instansi terkait, seperti Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG), Balai Besar Wilayah Sungai (BBWS), Dinas Tanaman Pangan dan Hortikultura Provinsi Jawa Barat, Balai Besar Peramalan Organisme Pengganggu Tumbuhan (BBBPOPT) Kementerian Pertanian, serta para penyuluh pertanian.
“Sesuai dengan instruksi Pj (Penjabat) Bupati Bekasi Pak Dani Ramdan, kita telah melakukan rapat koordinasi antarinstansi terkait guna menentukan langkah selanjutnya atas fenomena ini, terutama berkaitan dampak yang dirasakan petani,” ujarnya, di Cikarang pada Jumat, 4 Agustus 2023.
Berdasarkan laporan tim lapangan sampai dengan Jumat, 4 Agustus 2023 sejumlah wilayah pertanian di daerah itu sudah mulai kekeringan akibat dampak El Nino.
Lahan pertanian seluas total satu hektare berstatus lahan persemaian di Kecamatan Tambelang sudah mengalami kekeringan, sedangkan 17 hektare lahan pertanaman di kecamatan itu juga mengalami kondisi serupa.
“Penyebabnya adalah fungsi saluran air pada saluran sekunder Bulakmangga dan Pisang Batu turun. Aliran air tidak optimal mengalir karena sedimentasi,” jelasnya.
Pihaknya menindaklanjuti temuan lapangan itu melalui pompanisasi saluran sekunder ke areal persawahan dengan menyiapkan dua pompa ukuran tiga inci.
“Melakukan kerja bakti di saluran tersier sepanjang satu kilometer. Untuk jangka panjang kami lakukan normalisasi pada saluran sekunder Bulakmangga dan Pisang batu,” ucapnya.
Wilayah lain, yakni Kecamatan Tarumajaya, juga mengalami kondisi serupa, hanya saja kekeringan areal persawahan di lokasi ini lebih disebabkan saluran air tidak mengalir karena tersumbat sampah.
“Kalau di Tarumajaya itu karena tersumbat saluran pembuang Kali Bekasi oleh sampah dari Kota Bekasi. Penanganan di Tarumajaya sendiri akan dilakukan dengan pembersihan sampah pada kali sehingga aliran air bisa berjalan kembali,” terangnya.
Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG) menyatakan Indonesia sedang mengalami musim kemarau ekstrem yang dipicu El Nino.
Beberapa wilayah yang diprediksi akan mengalami curah hujan sangat rendah mencakup sebagian besar wilayah Sumatra, Jawa, Bali, Nusa Tenggara, Kalimantan, Sulawesi Selatan, Sulawesi Tengah, dan Sulawesi Tenggara.
BMKG juga memprediksi puncak El Nino yang diperkirakan pada Agustus-September, akan terus dirasa pengaruhnya hingga Desember tahun ini. Oleh karena itu, kewaspadaan harus tetap dijaga dan langkah-langkah mitigasi perlu dilakukan.
Selain berkurang curah hujan, El Nino juga membawa dampak lain, seperti perbedaan suhu pada siang dan malam hari yang ekstrem, terutama di dataran tinggi.
Oleh karena itu, masyarakat di lingkungan perkotaan juga perlu mewaspadai suhu tinggi yang dapat memengaruhi kesehatan masyarakat. (Lingkar Network | Anta – Lingkar.news)