Lingkar.news – Jenang atau bubur merupakan makanan tradisional yang kerap ditemui di pasar. Jenang tidak hanya dinikmati sebagai kudapan, tetapi juga kerap menjadi sajian dalam upacara adat dan tradisi masyarakat dalam momen tertentu.
Bahkan pada Senin, 17 Februari 2025 berbagai jenis jenang dihadirkan dalam perayaan ulang tahun ke-280 Kota Solo di Provinsi Jawa Tengah. Macam-macam jenang disajikan dalam festival jenang tersebut, termasuk jenang sumsum, jenang ketan hitam, jenang Bali, bubur mutiara, dan bubur lemu.
Makanan yang sebagian besar berbahan dasar tepung beras atau tepung ketan yang dipadukan dengan santan dan gula merah ini menarik dikulik karena memiliki makna filosofis dibaliknya. Yuk kenalan dengan jenis-jenis jenang dan maknanya bagi kehidupan:
1. Jenang Sumsum
Jenang sumsum mudah sekali ditemukan di pasar tradisional. Jenang ini terbuat dari tepung beras, santan, dan garam. Rasanya gurih dan lembut, biasanya disajikan dengan saus gula merah yang kental.
Konon, bubur sumsum sarat nilai filosofis, lho. Menurut Dawud Achroni dalam bukunya Belajar dari Makanan Tradisional Jawa, warna putih bubur sumsum melambangkan sifat bersih dan suci. Kemudian tekstur jenang yang kental itu memiliki makna persatuan dan kesatuan hidup sesama manusia. Kemudian rasa manis dari saus gula menyimbolkan kesejahteraan
2. Jenang Grendul
Seperti jenang pada umumnya, jenang grendul juga berbahan dasar tepung beras. Bedanya ada tambahan bola-bola yang terbuat dari adonan tepung ketan dan berisi gula merah. Jenis jenang ini di sebagian daerah dikenal sebagai jenang candil
Jenang grendul memiliki makna keharmonisan hidup walau banyak perbedaan. Hal ini mungkin melihat dari komposisi jenang tersebut yang terdiri dari adonan jenang yang melambangkan lingkungan sosial, dan bola-bola dari tepung ketan itu perbedaan setiap individunya.
3. Jenang Abang Putih
Jenang abang putih sedikit berbeda dari jenang lainnya karena terbuat dari beras yang dimasak hingga mengental. Penyajiannya biasanya dilayer, bagian bawah berwarna merah dari gula merah dan di atasnya berwarna putih.
Nilai kehidupan dari jenang abang putih itu melambangkan asal usul manusia bahwa jenang berwarna putih melambangkan bibit dari ayah, dan jenang merah pelambang bibit dari ibu. Penyajiannya yang dilayer itu sebagai simbol terjadinya anak. Oleh sebab itu jenang abang putih kerap disajikan sebagai tradisi atau ucapan syukur kelahiran anak.
4. Jenang Procot
Jenang atau bubur procot terbuat dari tepung beras juga potongan pisang raja atau pisang ambon. Rasanya manis gurih dan biasanya disajikan dalam tradisi tingkeban atau syukuran tujuh bulan kehamilan.
Mengutip jurnal yang ditulis Sekar Kirana Wulandari dkk berjudul Filosofi Jenang Procot sebagai Makna Khas Upacara Tingkeban Masyarakat Jawa, jenang procot disebut sebagai simbol harapan ibu terhadap proses persalinan yang lebih mudah dan cepat seperti dalam kata Jawa makcoprot.
Jenang procot juga menjadi simbol dari perut ibu sedangkan pisang sebagai pelengkap yang diletakkan di tengah-tengah saat penyajian merupakan simbol bayi yang sedang dikandung.
5. Jenang Lemu
Pembuatan jenang lemu ini mirip dengan jenang abang putih, namun hanya putihnya saja sehingga rasanya pun cenderung gurih dari santan dan garam. Di beberapa daerah jenang atau bubur lemu ini disajikan dengan perpaduan gurih opor ayam serta sayur tempe pedas.
Makna filosofis jenang lemu ini agar manusia tidak lemah dan membangun semangat baru dalam kehidupan. (Lingkar Network | Lingkar.news)