JAKARTA, Lingkar.news – Indonesia dan negara Asia Tenggara (ASEAN) tidak menerapkan tarif balasan terhadap Amerika Serikat (AS) dan sebaliknya akan melakukan pembicaraan dengan pemerintahan Donald Trump.
Menteri Luar Negeri (Menlu) RI, Sugiono, mengungkapkan bahwa pihaknya sudah mengajukan permintaan pertemuan bilateral antara Presiden RI Prabowo Subianto dan Presiden AS Donald Trump sejak pelantikan Trump pada awal Januari 2025.
Pernyataan Menlu tersebut merupakan respons atas kemungkinan pertemuan kedua pemimpin setelah Trump menunda tarif resiprokal ke berbagai negara selama 90 hari, termasuk ke Indonesia.
“Kita sudah melayangkan permintaan pertemuan dengan Presiden Trump itu beberapa waktu yang lalu, jauh sebelum (pengumuman pengenaan) tarif sebenarnya,” kata Menlu Sugiono saat memberikan keterangan kepada media di Ankara, Turki, Kamis, 10 April 2025 malam waktu setempat.
Tarif Impor Trump, Indonesia Pilih Jalur Negosiasi Karena Alasan Ini
Menlu mengatakan bahwa sudah ada pihak dari pemerintah Indonesia, termasuk Kemenlu yang dikirim untuk membicarakan hubungan bilateral Indonesia dan AS, serta perkembangan situasi terkini akibat pengenaan tarif resiprokal dari AS tersebut.
Pemerintah Indonesia, kata Menlu, pun masih menantikan jadwal pertemuan Presiden Prabowo dan Presiden Donald Trump dari Gedung Putih.
“Kita sudah meminta, sebelum ada (pengenaan tarif). Karena sesaat setelah Presiden Trump dilantik,” kata Menlu.
Presiden Amerika Serikat Donald Trump pada Rabu, 9 April 2025 mengumumkan penundaan selama 90 hari atas tarif resiprokal ke berbagai negara mitra dagang, namun tetap menaikkan bea masuk kepada China sebesar 125 persen.
Efek Perang Dagang Trump, Impor Indonesia Kena Tarif 32 Persen
Presiden AS itu mengatakan akan menaikkan tarif terhadap China menjadi 125 persen, setelah Beijing mengenakan tarif tambahan sebesar 84 persen pada semua impor dari AS.
Sementara negara yang rencananya dikenakan tarif resiprokal lebih tinggi hanya dikenakan tarif dasar sebesar 10 persen untuk baja, aluminium, dan mobil akan sama.
Trump mengatakan sudah ada lebih dari 75 negara yang siap bernegosiasi dengan AS, di sisi lain, pihaknya akan tetap meninjau kemungkinan menaikkan tarif di sektor farmasi.
Trump mengatakan dalam sebuah unggahan di platform Truth Social miliknya bahwa dia mengambil tindakan tersebut karena negara-negara tersebut telah menghubungi mitra mereka di AS “untuk menegosiasikan solusi bagi subjek yang sedang dibahas.”
Subjek yang dibahas itu terkait “Perdagangan, Hambatan Perdagangan, Tarif, Manipulasi Mata Uang, dan Tarif Non Moneter” dan karena negara-negara tersebut belum membalas “dengan cara, bentuk, atau cara apa pun terhadap Amerika Serikat.” (Lingkar Network | Anta – Lingkar.news)