JAKARTA, Lingkar.news – Pernyataan Presiden RI Prabowo Subianto yang berencana mengevakuasi sementara 1.000 warga Gaza, Palestina ke Indonesia mendapat pertentangan dari Majelis Ulama Indonesia (MUI).
Ketua Majelis Ulama Indonesia (MUI) Bidang Dakwah dan Ukhuwah KH Cholil Nafis menyatakan tidak setuju dengan rencana Presiden Prabowo untuk mengevakuasi 1000 warga Gaza ke Indonesia.
“Saya tidak setuju evakuasi (1.000) warga Gaza ke Indonesia karena masalahnya bukan warga Gaza, tapi karena Israel yang menyerang dan tak patuh perjanjian,” kata Cholil Nafis melalui akun Instagram pribadinya @cholilnafis yang dikutip pada Kamis, 10 April 2025.
Cholil Nafis juga mempertanyakan jaminan bagi warga Gaza untuk balik lagi ketika rencana evakuasi itu terlaksana.
“Apa ada jaminan mereka warga Gaza yang keluar bisa balik lagi? Bukankah mereka sengaja dikeluarkan untuk memasukkan Israel ke Palestina,” tegasnya.
Prabowo Nyatakan Siap Evakuasi Sementara 1.000 Warga Palestina
Menurutnya jika memang dilakukan evakuasi, lebih baik tetap dilakukan di sekitar Palestina sebab melihat peristiwa yang terjadi selama ini banyak warga yang disekitar Palestina tetapi tidak bisa kembali.
“Kalo itu yang akan dievakuasi anak-anak dan orang tua, bukankah diobati di tempat terdekat itu lebih baik. Sebagai Muslim dan manusia tentu kita simpati dan empati kepada warga Palestina, tapi caranya bukan mereka dijauhkan dan dikeluarkan dari negaranya,” ungkapnya.
Pihaknya mendorong upaya perdamaian, kemudiaan bangsa Indonesia membantu pengobatan bagi warga Palestina. Bukan mengeluarkan warga Palestina ke negara lain, termasuk ke Indonesia.
Evakuasi Warga Palestina Dikhawatirkan Muluskan Rencana Israel
Senada, Wakil Ketua Umum MUI, Buya Anwar Abbas, juga mempertanyakan rencana evakuasi sementara warga Palestina ke Indonesia.
“Pertanyaannya untuk apa Indonesia ikut-ikutan mendukung rencana Israel dan Amerika tersebut? Bukankah Israel dan Donald Trump sudah menyampaikan keinginannya untuk mengosongkan Gaza?” kata Buya Anwar dalam keterangan dari laman resmi MUI yang diakses pada Kamis, 10 April 2025.
Rencana pengosongan Gaza untuk tujuan relokasi diajukan Presiden Amerika Serikat Donald Trump sebagai proposal perdamaian di Timur Tengah. Tetapi rencana tersebut ditentang sejumlah pihak sebagai bagian dari tipu muslihat pendudukan Israel di Gaza.
Menurut Buya Anwar, jika rencana Presiden Prabowo diwujudkan, Israel bisa lebih leluasa menduduki dan menguasai wilayah Gaza. Mereka leluasa menempatkan warga negaranya ke daerah yang mereka duduki sehingga dalam waktu tertentu Gaza akan menjadi bagian dari negara Israel Raya yang mereka cita-citakan.
Hal serupa sudah terjadi terhadap kota Yerussalem. Dulunya, Yerussalem dikuasai oleh rakyat Palestina. Sekarang kota tersebut sudah diduduki oleh Israel, bahkan sudah dijadikan sebagai ibu kota negaranya.
“Jadi belajar kepada sejarah, maka Indonesia dalam menghadapi manuver yang dilakukan oleh Israel tersebut harus cerdas. Jangan sampai negara kita dikadalin oleh Israel,” tuturnya.
Rencana evakuasi warga Gaza itu diungkapkan Presiden sebelum berangkat untuk lawatan diplomatik ke ke lima negara di Timur Tengah yaitu Uni Emirat Arab (UEA), Turki, Mesir, Qatar, dan Jordania pada Rabu, 9 April 2025.
Buya Anwar pun membeberkan, lima negara yang akan dikunjungi oleh Prabowo adalah negara yang punya hubungan diplomatik yang baik dengan Israel dan Amerika.
Turki, misalnya, sudah punya hubungan diplomatik dengan Israel sejak tahun 1949, Mesir sejak 1979, Yordania sejak 1994, Uni Emirat Arab sejak 2020, dan Qatar belum punya hubungan diplomatik, tapi sudah menjalin hubungan dagang tidak resmi dengan Israel sejak 1996.
“Dengan demikian, lanjutnya, jika Indonesia berkonsultasi dengan negara-negara tersebut, maka sudah dapat dipastikan apa yang akan terjadi untuk langkah kebijakan selanjutnya,” jelas.
Buya Anwar meminta kepala negara tidak ikut-ikutan mengevakuasi rakyat Gaza ke Indonesia. Menurutnya, jika hal itu terjadi, jangan harap Israel akan mau menerima kembali warga Gaza yang sudah dievakuasi tersebut.
Jika sekalipun terdapat usaha bantuan untuk pengobatan dan perawatan rakyat Gaza akibat serangan Israel beberapa hari yang lalu, Buya Anwar pun meminta pengobatan dan perawatannya harus dilakukan di Gaza, dan bukan di tempat lain.
“Sebagai bangsa yang sudah kenyang dijajah selama 350 tahun, kita harus tahu yang namanya penjajah itu punyaseribu satu cara dan tipu daya. Untuk itu kita sebagai bangsa jangan pula sampai tertipu oleh mulut manis mereka,” tegasnya. (Lingkar Network | Lingkar.news)