SURABAYA, Lingkar.news – Pemkot Surabaya mengebut pengerjaan saluran air dan sudetan di sejumlah wilayah Pahlawan, Jawa Timur, agar dapat diselesaikan sebelum datangnya musim hujan.
Kepala Bidang Drainase Dinas Sumber Daya Air dan Bina Marga (DSDABM) Kota Surabaya Eko Juli Prasetya di Surabaya, Selasa, mengatakan, arahan dari Walikota Surabaya Eri Cahyadi agar pengerjaan saluran air dan sudetan dikebut menjadi bahan evaluasi bagi timnya dalam pengerjaan saluran.
“Evaluasi yang dilakukan salah satunya adalah soal jam pengerjaan saluran,” kata Eko Juli Prasetya.
Selain itu, lanjutnya, pihaknya juga akan evaluasi penyedia jasa, ketika tidak memenuhi kewajibannya sesuai dengan kontrak, maka pihaknya akan memberikan sanksi.
Eko menyampaikan, saat ini DSDABM Surabaya sedang mengerjakan saluran dan sodetan di 55 titik rawan genangan atau banjir di antaranya di kawasan Jalan Ahmad Yani dan di tengah kota sekitar Jalan Panglima Sudirman serta Jalan Embong Kenongo.
Selain itu juga di kawasan Kecamatan Jambangan, mulai dari Jalan Karah, Jalan Kebonsari, Jalan Ketintang sisi barat dan sekitarnya. Sedangkan di wilayah Kecamatan Gayungan, ada di Jalan Menanggal dekat gedung Graha Pangeran dan Jalan Ahmad Yani.
“Selain 55 pengerjaan saluran dan sodetan, kami juga sedang melakukan pembangunan dan peningkatan kapasitas rumah pompa,” ujarnya.
Sebelumnya, Walikota Surabaya Eri Cahyadi saat inspeksi pengerjaan saluran di Jalan Karah Agung, Kecamatan Jambangan pada Senin, 26 September 2022 menginginkan, pengerjaan saluran dan sudetan itu dikebut pengerjaannya pada pagi atau siang hari agar lebih cepat selesai.
Menurutnya, ketika saluran itu dikerjakan pada malam hari tidak akan efektif. “Kalau mangkrak begini dilihat orang tidak pantas. mengerjakan kok nunggu malam, tidak masuk akal,” kata Walikota Eri.
Selain itu, Eri juga tidak ingin pengerjaan saluran itu dilakukan setengah-setengah. Ketika dilakukan pengerukan saluran, ia meminta agar segera dipasang box culvert kemudian ditutup kembali secara berurutan agar jalan bisa digunakan sebagian oleh warga.
Menurutnya, ketika pengerjaan saluran masih menggunakan cara lama tidak akan segera rampung. Selain itu, dia juga meminta kepada camat dan lurah untuk memberikan pengertian dan sosialisasi kepada warga ketika ada pengerjaan saluran.
“Metode lama kok masih dipakai. Habis dikeruk, ditutup, setelah itu beberapa meter lagi kayak gitu. Jangan sampai belum ditutup, terus mengeruk yang di sana,” kata Eri. (Lingkar Network | Anta – Lingkar.news)