Bekasi, Lingkar.news – Stadion Wibawa Mukti Cikarang yang mengalami kerusakan pada bagian atap akibat dihempas angin puting beliung beberapa hari lalu, oleh Pemerintah Kabupaten Bekasi, Jawa Barat sudah ditaksir kerugiannya yakni mencapai Rp8 miliar.
Iman Nugraha selaku Kepala Dinas Kebudayaan, Pemuda dan Olahraga Kabupaten Bekasi menyebut taksiran kerugian itu berdasarkan penghitungan yang dilakukan oleh tim dari Kementerian Pekerjaan Umum usai meninjau kondisi stadion.
“Ini baru perhitungan kasar sebesar Rp8 miliar dari tim Kementerian PUPR yang telah turun untuk melihat kondisi terkini usai terkena angin kencang,” katanya di Cikarang, Jumat (25/10).
Pihaknya memperkirakan biaya yang dibutuhkan untuk perbaikan mencapai lebih dari Rp15 miliar apabila mengacu penghitungan nilai kerugian kerusakan bangunan oleh kementerian terkait.
Mengingat perbaikan yang akan dilakukan tidak hanya terfokus pada bagian yang rusak saja melainkan juga mencakup keseluruhan atap yang terdampak.
Pihaknya juga berencana memasang fasilitas penutup angin guna mencegah terulang peristiwa serupa sehingga struktur bangunan dapat lebih terlindungi saat menghadapi kondisi angin kencang.
“Yang diperbaiki nanti tidak hanya yang rusak saja, melainkan keseluruhan wilayah atap. Lalu ada juga tutupan angin untuk menguatkan struktur atap,” katanya.
Rencana perbaikan juga mencakup kerangka besi baja yang menjadi struktur atap sebagai salah satu fokus penting sebab sejumlah bagian tersebut turut mengalami kerusakan, termasuk jatuh maupun copot.
“Kami harus memastikan bahwa perbaikan di wilayah tribun VIP diperhatikan dengan serius. Kekuatan dan kekokohan bangunan menjadi prioritas demi keselamatan masyarakat yang berada di stadion,” ucapnya.
Pemerintah Kabupaten Bekasi telah mengirimkan surat kepada Kementerian Pekerjaan Umum menyangkut permohonan bantuan perbaikan Stadion Wibawa Mukti Cikarang.
Namun berdasarkan hasil koordinasi terkini disebutkan bahwa anggaran kementerian terkait untuk tahun 2025 sudah disahkan. Pemerintah daerah tetap berupaya mencari solusi karena kejadian tersebut merupakan dampak dari faktor alam.
“Kami masih menunggu kepastian. Apabila memang tidak bisa melalui anggaran kementerian setidaknya ada surat balasan secara administrasi,” kata dia. (rara-lingkar.news)