BANTUL, Lingkar.news – Dinas Kesehatan Kabupaten Bantul Daerah Istimewa Yogyakarta melakukan penyelidikan epidemiologi terhadap kasus dugaan keracunan menu takjil buka puasa di salah satu masjid wilayah pedukuhan Jodog Kecamatan Pandak.
“Kita masih dalam proses untuk melakukan penyelidikan epidemiologi untuk kasus dugaan keracunan menu takjil di wilayah Jodog Kecamatan Pandak,” kata Kepala Dinas Kesehatan (Dinkes) Bantul Agus Tri Widiyantara saat dikonfirmasi di Bantul, Selasa, 18 Februari 2025.
Agus menyampaikan telah menerima laporan dari Pusat Kesehatan Masyarakat (Puskesmas) Pandak terkait adanya masyarakat yang mengeluhkan mual, muntah, dan diare setelah menyantap makanan berbuka puasa di masjid wilayah Jodog pada Senin, 17 Maret 2025.
Atas laporan tersebut, Dinkes Bantul bersama tim dari Puskesmas Pandak menurunkan tim kesehatan untuk melacak dan penyelidikan epidemiologi, guna mengetahui pasti penyebab keluhan yang dirasakan masyarakat itu.
“Kalau kami dapat informasi baru kemarin (Senin sore, dan sudah ditindaklanjuti dari teman-teman puskesmas, kalau informasinya mereka dari acara buka bersama di salah satu masjid di Jodog pada Sabtu 15 Maret,” terangnya.
Sejauh ini ada 10 warga setempat yang menjalani rawat jalan di Puskesmas Pandak 1, dan 11 warga yang menjalani rawat jalan di Rumah Sakit Universitas Islam Indonesia (UII) Srandakan.
“Tapi, ada yang tidak melakukan pemeriksaan. Dan saat ini, kami masih melakukan proses pelacakan terhadap kasus itu. Karena dari data yang kami dapat ini, yang diduga mengalami keracunan beragam, ada dari anak-anak hingga orang dewasa,” jelasnya.
Saat ini, pihaknya juga berupaya mengumpulkan sampel makanan yang tersisa untuk dilakukan uji laboraturium di Balai Laboratorium Kesehatan dan Kalibrasi Yogyakarta, untuk mengetahui sumber atau penyebab utama dugaan keracunan yang dialami warga Jodog.
“Jadi, mereka konsumsi apa saja kami belum tahu, karena teman-teman kami lagi mengumpulkan sampel makanan yang tersisa. Sepertinya memang ada beberapa jenis makanan dan minuman yang dikonsumsi oleh mereka,” bebernya.
Meski demikian, katanya, berdasarkan analisa kasus serupa yang pernah ada, sumber atau penyebab utama kasus keracunan terjadi dikarenakan cemaran kuman di dalam makanan maupun bahan pangan yang dikonsumsi tersebut.
“Kita belum berani menyimpulkan, tapi biasanya kalau kasus seperti ini ada kuman-kumannya di makanan tersebut, itu yang paling sering. Mungkin terkontaminasi, ada bahan yang sudah tercemar kuman-kuman, bisa dari airnya, mungkin dari bahan pangannya,” ucapnya. (Lingkar Network | Anta – Lingkar.news)