ULFIA Fitri menjadi atlet catur karena sering mengintip dari jendela kelas. Di mana saat itu sang kakak yang juga pemain catur sedang melatih teman-temannya di sekolah. Dari sanalah ia sering memperhatikan anak seusianya bermain catur untuk kompetisi antar sekolah.
“Sejak kecil, SD. Gara-garanya Mas-ku melatih. Akhirnya aku nonton dari luar. Tapi karena gurunya tahu kalau Mas-ku yang melatih, akhirnya mereka tanya aku bisa catur nggak. Setelah diuji coba, ternyata bisa langkah-langkahnya,” ujarnya.
Setelah melihat bakat yang ditunjukkan olehnya cukup signifikan, seketika itu ia diikutkan dalam kompetisi catur. Dari kompetisi itu, perempuan yang sering dipanggil Uul itu pun berhasil memboyong juara III se-SD tingkat Kabupaten.
Dari sanalah perkembangan permainannya terus meningkat. Meski di tingkat SMP, gadis kelahiran Pekalongan itu mengaku tidak begitu berprestasi, akan tetapi dirinya tidak serta merta menyerah.
“Gongnya justru di SMA, sih. Pialaku jaman SMA lumayan. SMP hanya ikut Olimpiade Olahraga dan Sains Nasional atau O2SN. Tapi kalah, karena tingkat se-Jawa Tengah. Belum sanggup,” akunya.
Meski begitu, masa tersulitnya justru saat ia masuk kuliah. Baginya saat kuliah ia tidak banyak bermain catur karena pihak kampus yang kurang suport untuk olahraga yang ia gemari itu, sehingga kurang lebih 5 tahun lamanya ia vakum dari dunia percaturan.
Karena tidak suportnya lingkungan universitas tempat belajar, ia berinisiatif mengasah skill main catur di jalanan. Perempuan yang sedang menyelesaikan studinya di UIN Walisongo itu bahkan sempat bermain dengan tukang ojek hingga polisi yang sedang berjaga.
“Sebenarnya ditawari untuk bermain klasik. Tapi tawaran semakin tak tolak, semakin banyak. Lama-lama saat ada tawaran lagi akhirnya tak ambil lagi. Karena sudah 5 tahun vakum,” terangnya.
Setelah kembali dari kevakumannya, saat ini ia tengah mempersiapkan diri untuk mengikuti turnamen tingkat provinsi. Ia mengaku akan menjadi perwakilan untuk keresidenannya bermain di Propov 2023 di Pati mendatang.
Uul tidak hanya melakoni kompetisi setingkat provinsi saja, melainkan juga sempat menjadi perwakilan Provinsi Jawa Tengah di gelanggang nasional sebagai pemain Catur Klasik. (Lingkar Network | Aziz Afifi – Koran Lingkar)