Jakarta, LINGKAR – Menteri Koperasi dan Usaha Kecil Menengah (MenKopUKM) Teten Masduki melaporkan realisasi penyaluran Kredit Usaha Rakyat (KUR) pada 2023 mencapai Rp260,26 triliun, yang disalurkan kepada 4,64 juta debitur.
Angka ini tidak mencapai target penyaluran KUR pada 2023 senilai Rp297 triliun.
Dalam Rapat Kerja Komisi VI DPR RI di Jakarta, Selasa, Teten mengakui bahwa penyaluran KUR ini masih harus dievaluasi.
Ia menyebutkan hingga saat ini banyak pelaku usaha mikro kecil menengah (UMKM) yang kesulitan mengakses KUR karena bank-bank penyalur KUR masih mensyaratkan agunan.
KUR merupakan program pemerintah dengan memberikan kredit bunga kecil kepada UMKM. Program tersebut disalurkan melalui lembaga keuangan seperti BRI, Mandiri, BNI dan bank lainnya.
Teten mengungkapkan meskipun regulasi KUR memungkinkan pinjaman hingga Rp100 juta tanpa agunan, realisasinya masih banyak bank pelaksana di tingkat cabang yang meminta agunan.
“UMKM ini tidak punya agunan. Yang harus berubah adalah pendekatan perbankan,” ucap Teten.
Ia mengatakan, pihaknya akan mengusulkan agar lembaga keuangan penyalur KUR diperluas, karena saat ini 70 persen KUR disalurkan melalui BRI.
“Kami akan melibatkan semakin banyak bank, termasuk koperasi simpan pinjam dan fintech,” kata dia menambahkan.
Dia melanjutkan bahwa Indonesia harus mulai mengubah sistem penyaluran KUR seperti negara-negara lain seperti India, yang telah menerapkan sistem credit scoring untuk menilai kelayakan kredit melalui rekam jejak kesehatan keuangan.
Dalam rapat tersebut, Teten juga menyampaikan realisasi rencana pembangunan jangka menengah (RPJMN) dan rencana strategis (Renstra) pada 2023.
Teten melaporkan pada 2023 rasio kewirausahaan nasional sebesar 3,04 persen dari target 3,21 persen. Kemudian pertumbuhan wirausaha mampu mencapai target 2,74 persen dan penumbuhan start up mencapai 347 unit dari target 150 unit.
“Untuk proporsi UMKM yang mengakses kredit lembaga keuangan formal mencapai 30,62 persen dari target 29,1 persen. Kemudian rasio kredit UMKM terhadap total kredit perbankan mencapai 19,36 persen dari target 21,7 persen,” kata Teten.
Selanjutnya program transformasi usaha mikro dari informal menjadi formal mencapai 6,41 persen dari target 4 persen. Selanjutnya kontribusi koperasi terhadap PDB telah mencapai 6,22 persen dari target 5,4 persen.
“Untuk jumlah koperasi modern yang berhasil dibangun mencapai target yaitu 400 unit. Sementara dari sisi realisasi penyerapan anggaran sebesar Rp1,36 triliun dari total anggaran Rp1,39 triliun atau 97,80 persen,” ucap Teten. (RARA – LINGKAR)