SEMARANG, Lingkar.news – TeriakanAhmad Suparwi (72) menarik perhatian Presiden Republik Indonesia Joko Widodo (Jokowi). Ia mengaku sebagai warga Kabupaten Demak yang terdampak macet akibat pembangunan jalan tol Demak-Semarang.
“Pak tolong, Pak, saya korban jalan tol. Saya orang Demak,” teriak Suparwi saat berada di samping rombongan Presiden Jokowi di Pasar Peterongan, Kota Semarang, Jawa Tengah, Selasa (5/7).
Mendengar teriakan tersebut, Jokowi sempat berhenti sejenak untuk mendengarkan keluhan Suparwi.
“Tanah saya sudah diuruk, tapi belum dibayar,” keluh Suparwi kepada Jokowi.
Mendengar keluhan tersebut, Jokowi sempat bertanya tempat tinggal Suparwi dan langsung menginstruksikan kepada Paspampres untuk bertanya alamat lengkapnya.
“Saya rumahnya Pulosari, Karangtengah, Kabupaten Demak,” jawabnya kepada Paspampres yang ditunjuk Jokowi.
Suparwi lantas menuturkan perjuangannya ke Semarang untuk bertemu Jokowi yang tidak mudah. Ia rela menunggu kedatangan orang nomor satu di Indonesia itu selama berjam-jam agar dapat menyampaikan permasalahannya. Ia mengaku mengendarai motor bututnya dari Demak ke Semarang.
Suparwi sengaja berkunjung sendirian ke Semarang untuk menghampiri Jokowi di Pasar Peterongan lantaran permasalahan tanah miliknya tanpa kejelasan. Ia mengira melalui Jokowi, permasalahan tersebut bisa diatasi
“Saya sudah lapor ke Polda Jateng, tapi buntu. Saya juga sudah lapor ke Badan Pertanahan Nasional (BPN) Jateng, juga buntu. Padahal surat tanah dan pembelian masih saya pegang,” keluhnya.
Suparwi menjelaskan, dari Demak ke Semarang sudah membawa beberapa surat penting untuk ditunjukan kepada Jokowi. Surat-surat tersebut kemudian diambil oleh Paspampres.
“Tadi saya sudah bawa map berisi fotokopi surat-surat, tapi malah diambil oleh Paspampres,” ucap Suparwi.
Lebih lanjut ia bercerita hingga saat ini belum ada ganti rugi imbas pembangunan proyek tol Semarang-Demak.
Tanah sawah yang ia garap bertahun-tahun kini harus digusur demi pembangunan tol tanpa solusi.
“Sawah saya sudah dibangun tol, namun saya belum dapat ganti. Terus saya harus bagaimana?” tanyanya kebingungan.
Ia menyebut lahan tersebut adalah tabungan masa depan untuk anak cucunya.
“Ini ‘kan lahan untuk masa depan anak cucu. Kalau akan digunakan negara untuk pembangunan tol, ya tidak apa-apa. Yang penting ada ganti untung sesuai harga pasaran umum,” imbuhnya.
Dengan bertemu Jokowi di Semarang, ia berharap mendapat solusi untuk permasalahannya. Ia mengaku telah melakukan usaha bertahun-tahun untuk memperjuangkan haknya, namun belum ada hasil.
“Ini ‘kan tidak menghargai rakyat kecil. Bahkan sampai sekarang saya juga masih bayar pajak tanah tersebut,” ujarnya dengan nada sedih. (Lingkar Network | Adimungkas – Koran Lingkar)