JAKARTA, Lingkar.news – Menteri Pendidikan Dasar dan Menengah (Mendikdasmen), Abdul Mu’ti, memberikan respons pelajar dari Papua yang menolak program Makan Bergizi Gratis (MBG).
Mu’ti mengatakan terkait program MBG kewenangannya tidak di Kemendikdasmen melainkan di Badan Gizi Nasional namun dalam pelaksanaannya akan terus ada evaluasi dan terus mendengarkan masukan dari masyarakat, termasuk salah satunya kasus yang terjadi di Papua.
“Program ini nanti kan masih terus akan dievaluasi, dan juga akan terus disempurnakan, sehingga berbagai kasus yang terjadi di lapangan tentu akan menjadi masukan untuk penyempurnaan program MBG ini pada masa yang akan datang,” kata Mu’ti usai Sarasehan Nahdlatul Ulama (NU) di Jakarta pada Selasa, 4 Februari 2025.
Dewan Desak Kejelasan Pinjaman Rp 500 juta untuk UMKM Makan Bergizi Gratis
Mu’ti menekankan, prinsip di Kementerian Pendidikan Dasar Menengah (Kemendikdasmen) akan terus mendukung sepenuhnya program Makan Bergizi Gratis.
“Dan berbagai evaluasi yang terjadi di lapangan, juga akan kami berikan masukan-masukannya untuk perbaikan program MBG ini pada masa yang akan datang,” tuturnya.
Pihaknya menyatakan bahwa program MBG tersebut untuk mendukung kesehatan jasmani untuk modal belajar, sehingga memungkinkan anak-anak Indonesia dapat belajar lebih baik.
“Karena keterpenuhan gizi memiliki korelasi yang sangat tinggi dengan stamina yang prima, dan stamina yang prima itu sangat mendukung semangat juga energi para murid untuk senantiasa belajar dan bersemangat dalam menuntut ilmu,” jelasnya.
Dosen Ubaya sebut Belalang, Ulat Sagu hingga Jamur bisa jadi protein alternatif MBG
Ia menegaskan bahwa program MBG juga mendukung penguatan pendidikan sejak dini, mengingat sasaran program tersebut yakni siswa SD-SMA, ibu hamil, ibu menyusui, hingga balita.
“Karena program seperti ini sangat penting, apalagi jika dikatakan dengan bagaimana kita bisa memperkuat pendidikan itu sejak pendidikan tingkat dasar, yang kami mulai canangkan sebagai salah satu program prioritas yaitu wajib belajar 13 tahun yang dimulai dari taman kanak-kanak,” jelasnya.
Sebelumnya, terdapat ratusan pelajar tingkat SD-SMA yang melakukan aksi demonstrasi di Yahukimo, Papua Pegunungan karena menolak program MBG, dengan alasan lebih memilih program-program pendidikan.
Hal tersebut ramai diberitakan baik di media massa maupun media sosial. (Lingkar Network | Anta – Lingkar.news)