JAKARTA, Lingkar.news – Suku Dinas Kesehatan Jakarta Selatan akan mengevaluasi stunting dalam kurun waktu tiga bulan untuk menghitung penambahan tinggi badan atau telah melewati batas usia.
“Evaluasi akan kita lakukan akhir bulan ini dalam rapat konvergensi stunting,” kata Kepala Suku Dinas Kesehatan Jakarta Selatan, Yudi Dimyati, di Jakarta, Senin, 14 Oktober 2024.
Yudi mengatakan terdapat perbedaan penanganan antara stunting dan gizi buruk. Penanganan gizi buruk jika diberikan asupan maka akan langsung ada perubahan perbaikan gizi. Berbeda dengan stunting, ada beragam faktor yang mempengaruhi.
“Stunting itu penambahan tinggi badan butuh waktu lebih lama dan banyak faktor lainnya,” ujarnya.
BBPPMD Jakarta Beri Solusi Berantas Stunting dengan Makan Sorgum
Hingga Oktober 2024, Suku Dinas Kesehatan Jakarta Selatan masih menangani sebanyak 700 anak terduga stunting.
Pemerintah Provinsi DKI Jakarta menjadikan program Dapur Sehat Atasi Stunting (DASHAT) yang melibatkan peran seluruh komponen masyarakat menjadi salah satu strategi mengatasi masalah stunting.
Program yang merupakan bagian dari Proyek Prioritas Nasional (Pro PN) ini juga bertujuan memberdayakan masyarakat melalui edukasi dan pelatihan terkait gizi, kesehatan, pelatihan pengolahan makanan sehat.
Adapun Tim pelaksana DASHAT terdiri dari berbagai pihak, termasuk lurah sebagai penanggung jawab, kepala puskesmas sebagai wakil ketua, kader PKK, posyyandu dan Tim Pendamping Keluarga (TPK).
Kemudian, Dinas Ketahanan Pangan, Kelautan dan Pertanian (KPKP) DKI Jakarta optimis Kampanye Gerakan Memasyarakatkan Makan Ikan (Gemarikan) mampu untuk menekan angka stunting pada anak-anak.
Prevalensi stunting di Jakarta masih di bawah angka nasional, yakni nomor dua terendah di Indonesia berdasarkan data Kementerian Kesehatan. Pada 2022 tercatat sebesar 14,8 persen, sedangkan pada 2023 mencapai 17,6 persen. (Lingkar Network | Anta – Lingkar.news)