Ponorogo, Lingkar.news – Dinas Pertanian, Ketahanan Pangan, dan Perikanan (Dispertahankan) Kabupaten Ponorogo, Jawa Timur memastikan kematian puluhan kambing di Desa Pomahan, Kecamatan Pulung bukan disebabkan penyakit mulut dan kuku (PMK).
Kepala Bidang Peternakan, Kesehatan Hewan, dan Perikanan (PKHP) Dispertahankan Ponorogo drh Siti Barokah di Ponorogo, Minggu, menjelaskan pihaknya telah melakukan pengambilan sampel terhadap kambing yang mati.
Hasil pemeriksaan menunjukkan penyebab kematian adalah faktor lain.
“Kematian kambing-kambing di Pulung bukan karena PMK. Ini akibat gangguan pencernaan yang disebut bloat tympani, dipicu oleh cuaca ekstrem dan kualitas pakan yang kurang baik,” kata dia.
Dia menjelaskan tingginya curah hujan pada Desember lalu berdampak pada kadar air dalam pakan, terutama rumput basah yang langsung diberikan kepada ternak tanpa proses pelayuan terlebih dahulu.
Kondisi ini menyebabkan gas menumpuk dalam perut kambing yang akhirnya memengaruhi fungsi diafragma, paru-paru, hingga jantung.
“Gas yang terjebak di perut mendesak organ vital, sehingga mengakibatkan kematian mendadak. Kondisinya mirip keracunan,” katanya.
Dispertahankan mencatat pada awal Desember lalu, sebanyak 44 kambing dilaporkan mati. Hingga Januari 2025, jumlahnya meningkat menjadi sekitar 80 ekor, seluruhnya berada di RT 2/2, Dukuh Pohijo, Desa Pomahan.
“Kami mengimbau peternak untuk memperhatikan proses pengolahan pakan, menjaga kebersihan kandang, serta rutin melakukan penyemprotan disinfektan dan pemberian vitamin kepada ternak,” ujarnya.
Siti menambahkan idealnya rumput segar harus dilayukan sebelum diberikan kepada ternak, terutama pada musim hujan ketika intensitas sinar matahari berkurang.
“Kami berharap langkah pencegahan ini dapat membantu mengurangi risiko kematian ternak akibat masalah serupa,” katanya. (rara-lingkar.news)