Hindari Tengkulak, Pembudidaya Ikan di Kendal Didorong Manfaatkan Aplikasi Pasariwak

Hindari-Tengkulak,-Pembudidaya-Ikan-di-Kendal-Didorong-Manfaatkan-Aplikasi-Pasariwak

TENANG: Dinas Kelautan dan Perikanan (DKP) Kabupaten Kendal menggelar sosialisasi penggunaan Aplikasi pasariwak.com kepada sejumlah pembudidaya ikan. (Arvian Maulana/Lingkar.news)

KENDAL, Lingkar.news Dinas Kelautan dan Perikanan (DKP) Kabupaten Kendal menggandeng salah satu universitas di Semarang memberikan sosialisasi penggunaan Aplikasi pasariwak.com kepada sejumlah pembudidaya ikan di Kendal.

Kegiatan tersebut bertujuan untuk memecahkan permasalahan terkait permainan harga ikan yang sering terjadi di pasaran.

Sosialisasi yang dilaksanakan Aula DKP Kendal pada Rabu, 22 Februari 2023, dihadiri narasumber dari Undip dan Udinus Semarang dan diikuti 35 pembudidaya ikan di Kabupaten Kendal.

Kepala DKP Kendal Hudi Sambodo mengatakan, aplikasi pasariwak.com merupakan aplikasi yang dibuat Udinus untuk membantu para pembudidaya dalam bertransaksi ikan secara langsung dengan pembeli. Sehingga ke depan dapat meminimalisir permainan harga yang seringkali terjadi.

“Aplikasi ini diharapkan bisa menaikkan harga. Boleh dikatakan banyak produsen ikan ini selalu dikibulin sama tengkulak. Sehingga kalau ada aplikasi akan mempermudah transaksi. Kemudian pembudidaya bisa bertemu secara langsung oleh pembeli secara transparan,” ungkap Hudi.

Menurutnya, aplikasi pasariwak.com tidak hanya terbatas di Kendal. Pembeli dari luar Kendal juga bisa masuk mengakses aplikasi tersebut.

“Sehingga harga yang diperoleh dari pembudidaya di Kabupaten Kendal akan lebih baik lagi, yang akhirnya tingkat pendapatan pembudidaya meningkat,” ujarnya.

Developer Aplikasi pasariwak.com dari Udinus Semarang Asih Rohmani menyatakan bahwa pasariwak.com merupakan aplikasi marketplace yang diperuntukkan bagi para pembudidaya ikan di Kendal untuk menyelesaikan beberapa permasalahan yang selama ini terjadi, terutama untuk penjualan ikan air tawar.

“Jadi selama ini jika pemasaran dilakukan secara tradisional, pertama masalah yang terjadi adalah pembudidaya ini banyak yang tidak tahu adanya pedagang pengumpul. Jadi nggak ngerti harus jual ke mana,” ujar Asih.

Permasalahan yang kedua, lanjut Asih, terkait perbedaan harga ikan yang menurut pantauannya berbeda antara pasar satu dengan pasar lainnya.

“Masalah harga yang saya pantau di Kendal ini harganya berbeda-beda, misalnya di Weleri bisa jadi harga per kilonya Rp 18 ribu tapi di Sukorejo hanya Rp 16 ribu. Nah, ini menjadi pertanyaan kenapa kok bisa beda,” ungkap Asih.

Selanjutnya, yang ketiga yakni terkait adanya potongan harga. Dicontohkan, saat pembudidaya panen dalam sekali timbang mendapat 50 kilogram, ada potongan harga sebanyak dua kilogram.

Lebih lanjut Asih menerangkan, Aplikasi pasariwak.com sudah dilaunching bulan Desember lalu serta sudah diterapkan dan sudah dipakai. Namun masih antarpokdakan sendiri dan rencananya akan di kembangkan lagi ke arah strategi pemasarannya. (Lingkar Network | Arvian Maulana – Koran Lingkar)

Exit mobile version