SEMARANG, Lingkar.news – Empat kabupaten/kota di Jawa Tengah ditetapkan sebagai percontohan penanganan stunting oleh Tanoto Foundation lantaran angka prevalensi stunting di atas rata-rata provinsi
Sekretaris Daerah Provinsi Jawa Tengah, Sumarno, mengakui meskipun angka stunting di Jawa Tengah sudah menurun, namun penurunan tersebut belum signifikan. Oleh karena itu ia mengapresiasi dukungan Tanoto Foundation yang membantu mengintervensi penanganan stunting di Jateng.
“Tantangan terbesarnya adalah akurasi data. Berapa pun angkanya, yang penting itu data by name by address-nya ada, sehingga intervensi bisa dilakukan secara lebih presisi,” ujar Sumarno.
Prevalensi Stunting di Semarang Naik, Pemkot Siapkan Strategi Penurunan Kasus
Sumarno menekankan bahwa pencegahan jauh lebih penting daripada penanganan. Edukasi kepada calon pengantin dan ibu hamil dianggap sebagai pendekatan strategis untuk mencegah stunting sejak dini.
“Yang sudah stunting tentu harus ditangani, tapi yang lebih penting adalah mencegah agar anak yang akan lahir nanti tidak mengalami stunting,” pungkasnya.
Stunting Reduction Lead Tanoto Foundation, Francisca Rina Wulandari, menyebutkan keempat daerah tersebut meliputi Kota Semarang, Kabupaten Tegal, Banyumas, dan Brebes.
Menurut Rina, Jawa Tengah dipilih sebagai lokasi pemodelan penanganan stunting karena merupakan provinsi dengan jumlah penduduk yang tinggi dan menjadi salah satu lokus prioritas penanganan stunting nasional.
“Empat daerah ini dipilih berdasarkan tiga kategori, yaitu angka prevalensi stunting di atas rata-rata provinsi, kasus stunting tertinggi, serta keterwakilan wilayah daratan dan pesisir,” jelasnya dalam acara Loka Karya Diseminasi Praktik Baik Inovasi Percepatan Pencegahan dan Penurunan Stunting bertajuk “Cegah Stunting sebelum Genting” yang digelar di Hotel Gets, Selasa, 15 April 2025 sore.
Adapun program yang dikembangkan akan membangun model intervensi yang bisa direplikasi di daerah lain.
Terdapat lima fokus utama dalam intervensi ini, antara lain pembangunan strategi komunikasi untuk perubahan perilaku, pengambilan keputusan berbasis data, peningkatan koordinasi Tim Percepatan Penurunan Stunting (TPPS), penguatan praktik pengasuhan dan stimulasi dini, serta perbaikan sanitasi dan perilaku hidup bersih.
“Yang paling besar adalah bagaimana membangun strategi komunikasi untuk meningkatkan kesadaran dan mendorong perubahan perilaku masyarakat,” ungkapnya. (Lingkar Network | Rizky Syahrul – Lingkar.news)