Filosofi “mengubah rongsokan menjadi emas” adalah cara berpikir entrepreneur sebagai manifestasi nyata dari kemandirian dan inovasi, yang harus menjadi landasan perekonomian kita.
Indonesia dengan fondasi ekonomi yang kuat, berdiri di ambang peluang historis untuk menjadi kekuatan ekonomi global. Namun demikian, rasio kewirausahaan di negeri ini masih berada di bawah level ideal minimal 4 persen dari jumlah penduduk.
Data tahun 2025 menunjukkan bahwa rasio kewirausahaan Indonesia masih berkisar antara 3,47–3,57 persen dari total populasi, jauh di bawah standar negara maju yang mencapai 10-12 persen. Angka ini merupakan tantangan sekaligus peluang emas untuk mendorong pertumbuhan ekonomi yang berkelanjutan.
Akselerasi rasio kewirausahaan nasional sepertinya memang tidak bisa ditunda lebih lama. Peningkatan jumlah wirausahawan adalah keniscayaan bagi Indonesia. Wirausaha, terutama Usaha Mikro, Kecil, dan Menengah (UMKM), merupakan motor penggerak ekonomi inklusif.
Gelombang wirausaha baru menciptakan efek multiplikasi ekonomi yang luas, meningkatkan konsumsi dan perputaran roda ekonomi di berbagai wilayah.
Kewirausahaan juga menjadi solusi efektif untuk mengatasi pengangguran dan menciptakan kemandirian. Di tengah bonus demografi, penciptaan lapangan kerja merupakan kebutuhan mendesak, dan wirausahawan adalah jawaban paling tepat.
Rasio kewirausahaan yang tinggi adalah indikator penting bagi ekonomi yang sehat, dinamis, dan berkelanjutan.
Era digital tentunya juga membawa dampak bagi sektor kewirausahaan. Platform e-commerce seperti Tokopedia, Shopee, dan Lazada telah menghapus batasan geografis, sehingga memungkinkan UMKM dari pelosok desa menjual produknya ke seluruh Indonesia, bahkan hingga pasar internasional, tanpa perlu investasi besar untuk toko fisik.
Media sosial telah menjadi kanal pemasaran dan penjualan yang efektif, memungkinkan pembangunan merek dengan biaya yang efisien.
Implementasi pembayaran digital, seperti e-wallet dan QRIS, memudahkan transaksi dan membantu pencatatan keuangan yang lebih rapi, sehingga memudahkan akses kredit di masa depan.
Dunia digital bergerak dengan cepat, sehingga wirausahawan harus terus belajar dan beradaptasi dengan perubahan algoritma, tren baru, dan dinamika pasar digital.
Pengelolaan keuangan yang ketat juga penting untuk menjaga keberlanjutan usaha. Kegagalan adalah bagian dari proses, dan ketekunan serta semangat pantang menyerah adalah modal utama bagi wirausaha sejati.
Mengoptimalkan potensi kewirausahaan Indonesia memerlukan kolaborasi erat antara pelaku usaha dan pemerintah.
Bagi pelaku usaha, kunci keberhasilan terletak pada kemampuan untuk terus belajar, beradaptasi dengan teknologi, fokus pada inovasi dan kualitas, serta membangun jaringan dan mengelola risiko dan keuangan dengan bijak.
Pemerintah juga memiliki peran krusial dalam mendorong ekosistem kewirausahaan yang kondusif. Digitalisasi regulasi dan perizinan, penghapusan hambatan birokrasi, serta perluasan akses permodalan melalui program Kredit Usaha Rakyat (KUR) adalah langkah-langkah penting.
Meningkatkan rasio kewirausahaan Indonesia bukan sekadar target statistik, melainkan investasi strategis untuk masa depan ekonomi yang lebih makmur dan berkeadilan.
Dengan fondasi ekonomi yang solid, dukungan teknologi digital yang masif, dan komitmen kolektif dari semua pihak, Indonesia memiliki potensi besar untuk melahirkan lebih banyak wirausahawan inovatif dan berdaya saing global.
Jurnalis : Antara
Editor : Ika Tamara