Lingkar.news – Ekonomi dunia diprediksi masuk jurang resesi di tahun 2023. Penurunan signifikan dalam kegiatan ekonomi itu dapat berdampak pada pemotongan karyawan lantaran perusahaan membuat lebih sedikit penjualan dan output ekonomi negara secara keseluruhan menurun.
Dampak resesi ekonomi dapat mengakibatkan jumlah pengangguran meningkat. Oleh sebab itu, sebagai pekerja atau karyawan hendaknya bisa mengantisipasi resesi terjadinya ekonomi. Salah satunya dengan mulai mencari pekerjaan baru yang memiliki potensi stabil meskipun resesi ekonomi berlangsung.
Bicara tentang mencari pekerjaan, seseorang tak bisa asal dapat. Dalam mencari lowongan pekerjaan harus teliti agar tidak terjebak dengan penipuan perusahaan palsu.
Apalagi dalam kondisi terdesak, secara psikologis orang cenderung tidak fokus dan teliti dalam memeriksa iklan lowongan. Situasi ini yang dimanfaatkan oleh oknum-oknum perusahaan palsu. Lowongan kerja palsu bisa berdampak pada kondisi psikologis pencari kerja, dia bisa kehilangan semangat mencari pekerjaan.
Nah, berikut ini enam tips agar terhindar dari jebakan lowongan kerja palsu:
1. Pekerjaan yang Terlalu Bagus
Ada istilah too good to be true, yang artinya terlalu bagus skenario yang ditawarkan maka wajib dipertanyakan. Misalnya, penawaran gaji yang besar untuk tugas-tigas ringan. Skenario ini perlu diwaspadai, sekalipun sedang mencari pekerjaan paruh waktu.
Ketika menemukan iklan lowongan kerja, cek kredibilitas alamat dan nomor telepon perusahaan. Ketika meriset perusahaan dan pekerjaan, cari tahu juga informasi seputar posisi yang ditawarkan seperti deskripsi pekerjaan dan gaji.
2. Hanya di Media Sosial
Media sosial menjadi salah satu platform untuk menjangkau publik secara luas. Jika perekrut menghubungi hanya melalui media sosial maka pencari kerja perlu perlu waspada, apalagi jika tidak merasa mencantumkan akun media sosial dalam CV. Perekrut dari perusahaan resmi biasanya berkomunikasi melalui email, telepon atau aplikasi lowongan kerja, platform yang menampilkan identitas mereka yang sebenarnya. Beberapa perekrut mungkin mengirim pesan melalui media sosial sebelum beralih ke sarana komunikasi yang lebih formal.
3. Email Mencurigakan
Berkomunikasi melalui email pun tidak secara otomatis menandakan bahwa perekrut adalah sah. Pencari kerja harus mencermati isi email lowongan kerja dan alamat email perekrut.
Jika alamat email tidak terkait dengan perusahaan tempat perekrut bekerja, pencari kerja perlu waspada karena bisa saja lowongan itu palsu. Pastikan cek kredibilitas perekrut dengan cara mencari profil dan laman resmi perusahaan.
4. Perekrut Menanyakan Informasi Pribadi
Perekrut yang sah hanya tertarik pada hal-hal yang ada di CV pelamar, seperti latar belakang pendidikan, keahlian dan pekerjaan. Waspada jika perekrut meminta lebih banyak informasi pribadi yang membuat tidak nyaman.
Informasi seperti rekening bank hanya boleh diberikan ketika sudah diterima di perusahaan itu. Beberapan informasi pribadi yang sering diminta pada lowongan kerja palsu adalah KTP, SIM, kartu keluarga, fotokopi ijazah, transksrip nilai dan NPWP secara rinci. Data-data seperti itu, pada lowongan kerja yang sah, biasanya diminta ketika sudah melewati tahap wawancara.
5. Pekerjaan Tanpa Surat Lamaran
Meski zaman sudah berubah, pencari kerja perlu waspada jika ada orang yang menghubungi dan menawarkan pekerjaan, apalagi jika tidak pernah melamar ke tempat itu. Dengan menjamurnya platform media sosial, semakin mempermudah oknum melakukan penipuan. Sebab dalam kondisi terdesak, sesorang bisa menelan mentah-mentah informasi terkait lowongan yang dikirimkan ke akun medsos.
6. Perekrut Meminta Uang
Pencari kerja harus waspada jika perekrut meminta uang dengan janji akan mendapat gaji yang lebih besar pada kemudian hari. Jika harus membayar untuk melamar pekerjaan, bisa jadi lowongan itu palsu. (Lingkar Network | Lingkar.news)