Semarang, Lingkar.news – Pemerintah Kota Semarang, Jawa Tengah bekerja sama dengan Badan Riset dan Inovasi Nasional (BRIN) untuk memajukan sektor pertanian menjadi modern dengan pemanfaatan teknologi yang memudahkan petani.
“Saya sudah minta ke BRIN. Apalagi BRIN sudah bekerja sama dengan Pemerintah Kota untuk melakukan penelitian-penelitian,” kata Wali Kota Semarang Hevearita Gunaryanti Rahayu di Semarang, Selasa (7/5)
Hal tersebut disampaikan Ita, sapaan akrabnya usai melakukan panen Demfarm Budi Daya Padi Organik dan Farmer Field Day di Kelurahan Tambangan Kecamatan Mijen Kota Semarang.
Menurut dia, kerja sama dengan BRIN dimulai dengan penelitian mengenai pengembangan kebun raya di Hutan Wisata Tinjomoyo yang selama ini kurang termanfaatkan secara optimal.
“Pertama soal Kebun Raya di (Hutan Wisata) Tinjomoyo, Pemkot Semerang akan mengajak BRIN untuk melakukan riset-riset teknologi,” kata orang nomor satu di Kota Semarang itu.
Hutan wisata Tinjomoyo yang memiliki luas kurang lebih 57 hektare akan diubah menjadi kebun raya berkoordinasi dengan BRIN, dan rencananya akan menjadi pusat riset dan penelitian botani di Kota Semarang.
Tak hanya itu, lanjut dia, bentuk kerja sama lainnya yang juga dilakukan dengan BRIN, yaitu pemanfaatan aset di Balai Benih Pertanian dan Balai Benih Perikanan di Mijen.
“Kami ingin ada sinergi. Pemkot mewadahi sehingga apa yang petani ini butuhkan bisa di-‘support’ melalui hasil penelitian untuk menemukan alat-alat yang modern. Harapannya ini bisa menciptakan pertanian modern,” katanya.
Pada kesempatan itu, Ita bersama Masyarakat Pertanian Organik Indonesia (Maporina) dan Kelompok Tani Ayem Tenang melakukan panen padi jenis Inpari di sawah seluas 5 hektare.
“Hari ini panen bersama Maporina. Mereka mengajak dan mendampingi Kelompok Tani Ayem Tenang untuk menanam padi organik. Ini adalah salah satu kolaborasi untuk menjadikan makanan sehat bagi masyarakat,” katanya.
Di lahan pertanian seluas 5 hektare itu, kata dia, ternyata belum semua petani menanam padi secara organik sehingga perlu dorongan agar tercipta pangan sehat dengan pengembangan padi organik, sekaligus menjaga ketahanan pangan.
Bahkan, Ita juga menyempatkan melakukan demo masak menu penanganan stunting di hadapan ibu-ibu kelompok wanita tani dan PKK (Pemberdayaan Kesejahteraan Keluarga) di Kecamatan Mijen.
“Kami di sini juga memberikan edukasi kepada ibu-ibu untuk menu penanganan stunting dengan bahan dasar murah dan bisa disantap seluruh anggota keluarga. Stunting ini juga jadi permasalahan atau isu nasional, selain masalah kemiskinan, ketahanan pangan, maupun inflasi,” katanya. (rara-lingkar.news)