Jakarta, Lingkar.news – Peneliti Utama Politik Badan Riset dan Inovasi Nasional (BRIN), Siti Zuhro, menilai Puan Maharani memiliki pengalaman cukup panjang dalam bidang politik serta terbilang matang.
Dengan demikian, pemilihan presiden (Pilpres) 2024 adalah saat yang tepat untuk Puan maju ke tahapan yang lebih tinggi sebagai presiden. Lebih dari itu, kata Siti, kehadiran Puan Maharani adalah kerinduan banyak perempuan di Indonesia yang menginginkan kepemimpinan nasional dikendalikan perempuan.
Dengan jumlah mayoritas penduduk adalah perempuan, maka sangat wajar jika perempuan harus turun gunung untuk mengambil alih kepemimpinan nasional, sehingga momentum Puan Maharani adalah saat ini.
“Ibarat buah, beliau sudah matang pohon, jadi sudah saatnya. Beliau bukan tiba-tiba muncul karena awal sekali menjadi anggota partai terlebih dahulu, maju sebagai Anggota Dewan Perwakilan Rakyat (DPR), Ketua Fraksi, Menteri, dan saat ini Ketua DPR perempuan pertama,” ungkap Siti dalam keterangan resmi di Jakarta pada Minggu, 30 Oktober 2022.
Maka dari itu, sambungnya, kini saatnya Puan menjadi presiden. Sebagai sesama perempuan, dirinya mendukung Puan maju menjadi presiden.
Siti menyebutkan masyarakat khususnya perempuan harus memiliki preferensi politik untuk memilih calon-calon presiden sesama perempuan. Hal itu bukan tanpa alasan karena sekian lama perempuan belum mendapat tempat yang benar-benar terbuka luas di masyarakat untuk menjadi pemimpin.
Kemampuan perempuan sebenarnya tidak kalah, bahkan bisa jauh melampaui laki-laki. Maka dari itu sudah seharusnya perempuan Indonesia mendukung dengan semangat perempuan dukung sesama perempuan.
Lebih dari itu, menurutnya, pemimpin perempuan memiliki keunggulan tersendiri. Antara lain memiliki kepekaan emosional, empati dan simpati yang baik, sangat detail, dan kehalusan budi bahasanya membuat banyak persoalan bisa teratasi dengan baik.
“Hal lain adalah banyak persoalan selama ini terkait perempuan seperti kekerasan, ketimpangan, kematian ibu dan anak, stunting atau gizi buruk, serta perlakuan diskriminatif akan lebih mudah diatasi oleh sesama perempuan karena wanita paham dengan baik kondisi dan persoalannya. Apa yang jadi persoalan perempuan itu butuh sentuhan perempuan,” tuturnya.
Dia memberi contoh soal keberpihakan Puan yang sangat jelas pada isu kekerasan seksual, stunting, dan kesempatan kerja untuk perempuan pada saat Puan menjadi Menteri Koordinator Bidang Pembangunan Manusia dan Kebudayaan (PMK) serta Ketua DPR saat ini.
Permasalahan seperti itu akan sulit diatasi jika bukan oleh perempuan itu sendiri, sehingga sangat wajar dan sudah saatnya Indonesia mempunyai presiden perempuan.
Sementara itu, Ketua Seknas Puan Maharani Presiden (PMP) Firman Tendry Masengi mengajak masyarakat untuk memastikan pada Pemilu 2024, Indonesia memiliki presiden perempuan pertama yang dipilih secara langsung.
“Kita ingin presiden perempuan pertama yang dipilih langsung, bukan karena warisan administratif dan ini saya yakin ada pada Ibu Puan Maharani. Rumusnya sederhana, nasib perempuan ditentukan oleh perempuan itu sendiri,” ucap Firman. (Lingkar Network | Anta – Lingkar.news)