Netizen Kritik PDIP Usai Megawati Sebut Tuhan Bersemayam di Gubuk Rakyat Miskin

Netizen Kritik PDIP Usai Megawati Sebut Tuhan Bersemayam di Gubuk Rakyat Miskin

PIDATO: Ketua Umum PDI Perjuangan, Megawati Soekarnoputri dalam Puncak Bulan Bung Karno di Stadion Utama GBK. (Istimewa/Lingkar.news)

Lingkar.news – Ketua Umum PDI Perjuangan (PDIP) Megawati Soekarnoputri meminta seluruh kader partainya untuk turun ke bawah menyentuh seluruh lapisan masyarakat atau akar rumput.

Langkah tersebut merupakan strategi untuk memenangkan PDIP dan bakal calon presiden Ganjar Pranowo di gelaran Pemilu 2024.

“Rakyat itu Akar Rumput, kenapa? Karena lapangan ini (bayangkan saja) ada rumputnya, ditutupi, tapi nanti kalau dibuka, bisa cepat bertumbuh kembali. Jadi rakyat itu adalah Akar Rumput, itu tidak pernah bisa dipunahkan saudara-saudara ingat itu,” kata Megawati, dalam pidato politik peringatan puncak Bulan Bung Karno (BBK) di GBK, belum lama ini.

Megawati pun menuturkan, keberpihakan harus selalu ada untuk akar rumput. Pasalnya, kata Megawati, mengutip pernyataan Bung Karno, bahwa Tuhan bersemayam di gubuknya rakyat-rakyat miskin.

“Karena apa kata Bung Karno, di dalam gubuknya rakyat miskin itulah energi perjuangan kepartaian berasal dan Tuhan bersemayam di gubuknya rakyat-rakyat miskin,” tutur Megawati, seperti yang dikutip dari Antara News, pada Rabu, 5 Juli 2023.

TANGKAPAN LAYAR: Kumpulan komentar netizen dari media sosial Twitter yang mengkritik pernyataan Ketum PDIP, Megawati Soekarnoputri dalam pidato politiknya. (Tangkapan Layar/Lingkar.news)

Pernyataan Megawati dalam pidato politiknya, yang mengutip kata Bung Karno bahwa Tuhan bersemayam di gubuknya rakyat-rakyat miskin, seakan-akan digaris bawahi oleh netizen.

Menggapi pernyataan tersebut, mayoritas netizen menilai bahwa, kemiskinan hanya dijadikan alat untuk berkampanye.

“Pantes problem orang miskin ini gak tuntas-tuntas, karena orang miskin tetap dibiarkan miskin supaya bisa jadi bahan kampanye politisi,” tulis akun Twitter @adisatya.

“Miskin hanya menjadi alat untuk mendapatkan suara, namun kalau sudah dapat simpati. Eh, rame-rame kadernya korupsi,” tulis @siroBerpikir.

“ ’Jualan’ orang miskin atau wong cilik. Padahal dia, anak, mantu, dan keluarga berlimpah harta,” tulis @zola_papazola2.

“Orang miskin dan anak terlantar jadi jualan politik,” tulis @RudiSoekoco.

“Pantesan wong cilik dipiara biar tetap cilik,” tulis @faqihabdulqodi1.

“Entah kenapa, sebutan ‘orang miskin’ muncul 5 tahun sekali,” tulis @MaarifulH.

“Kemiskinan jadi jualan tiap 5 tahun sekali, herannya Pemilu sudah dilakukan berkali-kali, jualannya tetap Kemiskinan. Mungkinkah Kemiskinan dipelihara agar Tuhan tetap Bersemayam dan ada digubuk-gubuk rakyat miskin?,” tulis @DsSupriyady.

“Saya yakin Bung Karno tidak senang rakyat miskin tetap dibikin miskin, hanya dibikin jadi obyek penderita,” tulis”@ramtih.

Berdasarkan pantauan di media sosial Twitter, netizen memang mayoritas memberikan tanggapan yang negatif atas pernyataan Megawati tersebut. (Lingkar Network | Lingkar.news)

Exit mobile version