YOGYAKARTA, Lingkar.news – Sekretaris Jenderal (Sekjen) DPP PDI Perjuangan (PDIP), Hasto Kristiyanto mengatakan, generasi muda harus memahami konsep geopolitik Soekarno agar pada masa mendatang mampu memperjuangkan kepentingan Indonesia di kancah dunia.
“Geopolitik itu kan suatu pemahaman terhadap konstelasi geografis, dan bagaimana dalam konstelasi geografis itu kita memperjuangkan kepentingan nasional Indonesia,” kata Hasto seusai menjadi pembicara dalam seminar bertajuk “Pemikiran Geopolitik dan Api Islam Bung Karno” di Universitas Islam Negeri (UIN) Sunan Kalijaga, Yogyakarta, pada Kamis, 15 Desember 2022.
Menurut Hasto, dalam konsep geopolitik Soekarno terdapat beberapa instrumen national power yang meliputi demografi, teritorial, sumber daya alam, militer, politik, koeksistensi damai, sains, dan teknologi.
Berbagai instrumen itu, kata dia, harus bisa disimulasikan dengan baik sehingga memiliki daya pengaruh bagi kepentingan Indonesia untuk dunia.
“Kemudian didorong oleh suatu tekad bagi kita, untuk membangun suatu tata dunia baru. Oleh karena itu, nilai-nilai geopolitik yang membangun kepentingan Indonesia bagi dunia harus dipahami kaum muda Indonesia,” ujar Hasto.
Dalam tradisi intelektual para pendiri bangsa, kata dia, selalu dibangun sebuah kepemimpinan intelektual. Sehingga, mampu membangun ide dan imajinasi bagi masa depan.
“Tanpa memperkuat kepemimpinan intelektual, kita tidak mungkin menjalankan konsepsi geopolitik Soekarno,” tambahnya.
Menurut Hasto, pemikiran geopolitik Soekarno masih relevan dengan kondisi saat ini.
Sesuai hasil studi doktoralnya terkait hal itu, Hasto mengaku menemukan salah satu tesis utama dari pemikiran Bung Karno yang menyebutkan bahwa, dunia akan damai apabila dunia bebas dari imperialisme dan kolonialisme.
Ia berharap, generasi muda masa kini mampu membangun tradisi intelektual dengan memperkuat literasi agar mampu menyerap pemikiran geopilitik tersebut.
“Saya agak khawatir karena memang budaya literasi kita sangat rendah. Ketika budaya literasi rendah dan hasrat untuk menguasai ilmu dasar dan kemampuan numerik kita rendah, ya selamanya kita akan terjajah oleh bangsa-bangsa lain,” tuturnya.
Pendidikan Merdeka Belajar yang digagas Menteri Pendidikan, Kebudayaan, Riset, dan Teknologi (Mendikbudristek) Nadiem Anwar Makarim, menurut dia, seharusnya mampu membangun kesadaran terkait tradisi intelektual di kalangan generasi muda.
“Dengan demikian, pemikiran geopolitik Bung Karno itu harus menjiwai adanya suatu ide dan imajinasi bagi kaum muda Indonesia, untuk berjuang bagi masa depan dalam membangun kepemimpinan dalam seluruh aspek kehidupan,” pungkasnya. (Lingkar Network | Anta – Lingkar.news)