Sentani, LINGKAR – Sopia Melisa Serontou, namanya mungkin tidak terkenal seperti Profesor Yohana Yembise yang pernah menjabat sebagai Menteri Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak pada kepemimpinan Presiden Joko widodo periode 2014-2019. Namanya juga pasti tidak setenar Nowela Elisabeth Auparay yang menjadi juara pada ajang pencarian bakat tarik suara nasional Indonesian Idol.
Namun, kiprah perempuan kelahiran 5 Mei 1984 dari Kampung Tablasupa, Distrik Depapre, Kabupaten Jayapura, Papua, itu sangat memberikan inspirasi bagi generasi muda ‘kaum hawa’ di kampungnya. Melalui Papua Diving Academy yang dirintis sejak 23 Februari 2019 , ia mampu membawa perubahan cara pandang warga kampungnya dalam mencari ikan.
Sopia, sapaan akrabnya, bersama puluhan anggota Papua Diving Academy yang rata-rata adalah pemuda-pemudi Kampung Tablasupa maupun kampung sekitar,sejak lima tahun terakhir berupaya menyelamatkan ekosistem laut yang hancur akibat ‘bom ikan’ yang digunakakan masyarakat sekitar dalam menangkap ikan.
Dengan kerja sama antara Papua Diving Academy dengan Non Gevertmental Organization (NGO) asal Belanda Hapin mereka mencoba membuat rumah baru bagi ikan dengan menanam terumbu karang buatan dari besi ke titik-titik tertentu yang rusak akibat ‘bom ikan’.
Penanaman terumbu karang buatan yang disebar di lokasi Pantai Kiti Kiyepa, Kampung Tablasupa, Distrik Depapre, sebanyak 20 rumah buatan untuk berkembang biaknya berbagai jenis ikan di wilayah itu. “Memang biayanya mahal untuk membuat satu terumbu karang, sehingga pembuatannya bertahap,” kata Sopia yang juga mantan Ketua Colsultan Desa Wisata Papua itu.
Selain penanaman terumbu karang, Sopia dan anggotanya juga membersihkan sampah-sampah plastik di sepanjang Pantai Wisata Amai hingga ke Kiti Kiyepa. Sampah plastik tidak hanya di darat, tetapi di laut juga banyak sehingga sangat mengganggu keindahan pantai yang telah diwariskan nenek moyang. Oleh karena itu, wisatawan yang datang ke daerah ini juga bisa menjaga kebersihan pantai.
Kesempatan bagi pemuda
Papua Diving Academy dibentuk selain untuk menyalurkan hobi dan berbagi pengalaman menyelam kepada masyarakat luas juga untuk memberikan ‘kesempatan kedua’ bagi pemuda-pemudi di kampung yang putus sekolah untuk belajar berorganisasi. Para pemuda-pemudi ini dibekali lebih dulu cara menyelam yang baik dan benar untuk kemudian mereka menjadi instruktur menyelam kepada setiap tamu yang ingin menikmati keindahan bawah laut.
“Hampir sebagian besar pemuda di kampung yang putus sekolah bergabung dengan kami,” kata Sopia.
Sopia ingin menegaskan bahwa sebenarnya putus sekolah itu bukan akhir dari semuanya, tetapi merupakan awal dari apa yang ingin dilakukan ke depan dalam memenuhi kebutuhan hidup. Ia tidak ingin generasi penerus bangsa itu terpengaruh minuman beralkohol dan narkoba yang dapat menyesatkan mereka di hari esok.
Banyak tokoh masyarakat, adat, pemerintah mengapresiasi perjuangan Papua Diving Academy yang telah membantu menyelamatkan bahari di kawasan Teluk Tanah Merah.
Sosialisasi kepada kelompok-kelompok nelayan untuk tidak menggunakan ‘bom ikan’ dalam menangkap ikan karena akan merusak terumbuh karang, sangat penting artinya. Jika terumbu karang rusak maka ikan akan pergi dan nelayan akan susah memperoleh ikan di kawasan dangkal.
Gerakan yang dilakukan Sopia bersama Papua Diving Academy telah membawa dampak luar biasa bagi perkembangan bahari di kawasan Teluk Tanah Merah dan cara berpikir pemuda-pemudi setempat. “Ini merupakan kemajuan dan cara berpikir yang bagus oleh seorang perempuan,” kata Kepala Distrik Depapre, Dolat Abisay.
Menurut Dolat, apa telah dikerjakan Sopia Melisa Serontou bagi kawasan bahari Teluk Tanah Merah patut menjadi contoh untuk perempuan Papua melakukan hal yang sama dengan caranya masing-masing. Pemuda kampung yang putus sekolah bisa dilibatkan dalam kegiatan dengan memperoleh
pengalaman luar biasa,
Dukungan pemerintah daerah dalam memberdayakan dan mengembangkan potensi bahari di kawasan Teluk Tanah Merah perlu ditingkatkan. Papua Diving Academy diharapkan bisa menjadi sarana pemuda kampung dalam berkarya.
Distrik Depapre memiliki delapan kampung yakni Kampung Doromena, Entiyebo, Kendate, Tablasupa, Waiya, Wambena, Yapase dan Yewena dan semuanya memiliki potensi alam yang sangat luar biasa. Potensi alam, baik itu bahari maupun hutan dengan spot wisata air terjun, serta populasi burung cenderawasih, hanya ada di wilayah ini.
Potensi alam dan pariwisata di kawasan Teluk Tanah Merah cukup gencar dipromosikan oleh Pemerintah Kabupaten (Pemkab) Jayapura melalui Dinas Komunikasi dan Informatika.
Kepala Dinas Komunikasi dan Informatika Kabupaten Jayapura Gustaf Griapon berharap potensi bahari dan pariwisata Teluk Tanah Merah terus dijaga. Papua Diving Academy juga harus terus eksis untuk memperkenalkan keindahan bawah laut di kawasan tersebut kepada masyarakat luas baik dalam negeri maupun luar negeri.
Alam Papua begitu indah. Masyarakat adat perlu menjaganya dari kerusakan oleh oknum-oknum tak bertanggung jawab. Keindahan alam itu tidak ada di daerah lain, maka kelestariannya perlu dijaga dengan aturan adat maupun aturan pemerintah yang jelas. Hal ini tentu bukan tugas mudah, namun dengan dukungan semua pihak, terutama adat itu sendiri, maka alam yang indah dan lestari, dapat terwujud. (RARA – LINGAKAR)