Pemda DIY Pastikan Kasus Antraks Tak Melebar ke Luar Provinsi

PENANGANAN ANTRAKS: Kepala DPKP DIY Sugeng Purwanto memastikan kasus antraks tidak melebar ke wilayah di luar provinsi saat konferensi pers di kantornya di Yogyakarta, Kamis, 6 Juli 2023. (Antara/Lingkar.news)

PENANGANAN ANTRAKS: Kepala DPKP DIY Sugeng Purwanto memastikan kasus antraks tidak melebar ke wilayah di luar provinsi saat konferensi pers di kantornya di Yogyakarta, Kamis, 6 Juli 2023. (Antara/Lingkar.news)

YOGYAKARTA, Lingkar.news – Dinas Pertanian dan Ketahanan Pangan (DPKP) Daerah Istimewa Yogyakarta memastikan kasus antraks yang muncul di Dusun Jati, Kecamatan Semanu, Kabupaten Gunungkidul tidak melebar ke wilayah lain di provinsi ini.

Kepala DPKP DIY Sugeng Purwanto mengatakan di luar Dusun Jati, Kecamatan Semanu, Kabupaten Gunungkidul, baik sapi maupun kambing di DIY hingga kini masih aman dari penyakit antraks.

“Untuk saat ini (kasus antraks) betul-betul hanya di Dusun Jati, Semanu, Gunungkidul. Untuk titik lokasi lain sampai saat ini tidak ada laporan dan insyaAllah harapan kami selesai,” ujar dia di kantornya di Yogyakarta, Kamis, 6 Juli 2023.

Menurut Sugeng, setelah munculnya kasus antraks yang menyebabkan satu warga meninggal dunia di Dusun Jati, Dinas Peternakan dan Kesehatan Hewan Kabupaten Gunungkidul telah mengisolasi dusun itu.

Selain menutup sementara lalu lintas hewan ternak keluar masuk dusun itu, DPKP DIY juga memastikan tidak ada lagi daging sapi maupun domba yang beredar di masyarakat maupun keluar dari dusun itu.

“Kami pastikan sudah tidak ada daging yang keluar dari situ,” ucap Sugeng.

Upaya surveilans, pemberian antibiotik, hingga penyemprotan disinfektan dan formalin di area munculnya kasus antraks, kata dia, juga telah digencarkan.

“Termasuk juga saat itu dilakukan vaksinasi antraks di lokasi,” kata dia.

Berdasarkan data DPKP DIY tercatat total 12 hewan ternak yang mati akibat antraks di Dusun Jati terdiri atas enam ekor sapi dan enam ekor kambing sejak April 2023.

Deteksi penyakit antraks pada ternak, dilakukan dengan cara memeriksa tanah yang terkena darah dari proses penyembelihan.

Meski tidak semua, menurut Sugeng, ada sapi yang mati kemudian disembelih dan dikonsumsi bersama warga setempat, salah satunya oleh seorang warga yang pada akhirnya sakit dan meninggal dunia.

“Tidak semua ‘diporak’ (disembelih dan dikonsumsi), ada yang dikubur,” ujarnya.

Untuk mencegah hewan ternak di wilayah lain tertular antraks, DPKP DIY bakal menggencarkan vaksinasi antraks di lima kabupaten/kota dengan memprioritaskan wilayah yang pernah terjadi kasus atau muncul gejala antraks.

Dari sebanyak 2.600 dosis vaksin antraks yang tersedia di DIY hingga saat ini telah disuntikkan ke 77 ekor sapi dan 289 ekor kambing.

“Kami masih akan meminta tambahan dosis vaksin ke pusat,” lanjutnya.

Antraks Tidak Menular Antarmanusia

Kepala Dinas Kesehatan (Dinkes) Daerah Istimewa Yogyakarta (DIY) drg. Pembajun Setyaningastutie, M.Kes memastikan penyakit antraks yang disebabkan bakteri Bacillus Anthracis tidak menular dari manusia ke manusia.

“Satu yang perlu digarisbawahi penyakit antraks itu tidak menular dari manusia ke manusia. Jadi tidak ada kemudian kena antraks terus bisa menularkan pada yang lain, tidak,” ungkapnya di Yogyakarta, Kamis, 6 Juli 2023.

Ia mengatakan atraks termasuk penyakit “zoonosis” atau penyakit yang bisa menular dari binatang ke manusia.

Meski demikian, penularan antraks ke manusia bisa melalui tiga jalur yakni melalui kulit, pernapasan, dan pencernaan.

“Jika muncul di kulit biasanya manusia itu bersentuhan dengan hewan ternak yang positif antraks,” jelasnya.

Sedangkan yang menyerang melalui pernapasan, berasal dari spora bakteri antraks dari hewan ternak yang telah mati karena positif antraks lalu terhirup manusia.

“Sporanya misalnya dari hewan yang mati karena antraks kemudian nempel di rumput kemudian terhirup,” katanya.

Berikutnya, penularan antraks melalui pencernaan biasanya karena mengonsumsi daging dari ternak yang sudah positif antraks.

Terkait kasus antraks yang muncul di Dusun Jati, Kecamatan Semanu, Kabupaten Gunungkidul,  katanya, disebabkan karena warga mengonsumsi daging sapi yang mati karena positif antraks.

Dinkes DIY telah melakukan sero survei pada 125 sampel orang di dusun itu dan hasilnya 87 sampel dinyatakan sero positif atau suspek antraks.

Satu dari 87 orang itu meninggal dunia karena positif antraks. Sedangkan dua lainnya meninggal dunia karena sebab lain.

“Yang dua itu sebab lain bukan karena antraks,” kata Pembajun Setyaningastutie.

Entomolog Kesehatan Dinkes DIY, Rega Darmawan mengatakan terhadap warga Gunungkidul yang dinyatakan suspek antraks tersebut masih akan menjalani pemeriksaan sampel darah pada Jumat, 7 Juli 2023.

Menurut dia, seseorang dinyatakan positif antraks apabila telah melalui dua kali pemeriksaan sampel darah atau sero survei dengan hasil sero positif.

“Bisa dikatakan positif antraks kalau sudah dilakukan dua kali pemeriksaan dan itu dua-duanya sero positif. Apabila sebelumnya sudah diperiksa hasilnya sero positif, kemudian minimal 10 hari setelahnya diperiksa lagi, dia sero positif lagi, itu artinya positif,” kata Rega.

Untuk mencegah penularan antraks meluas, Kepala Dinas Pertanian dan Ketahanan Pangan (DPKP) DIY Sugeng Purwanto melarang lalu lintas keluar maupun masuk hewan ternak sapi atau kambing di Dukuh Jati, Gunungkidul untuk sementara waktu. (Lingkar Network | Anta – Lingkar.news)

Exit mobile version