JEMBER, Lingkar.news – Pengamat politik Universitas Jember (Unej) Dr. Muhammad Iqbal menilai, bahwa pemberhentian Ketua Pengurus Wilayah Nahdlatul Ulama (PWNU) Jawa Timur K.H Marzuki Mustamar sarat muatan politis menjelang Pemilu presiden dan wakil presiden (Pilpres) 2024.
“Pencopotan Kiai Marzuki bukti bahwa Jawa Timur menjadi episentrum pertarungan sengit perolehan suara untuk tiga pasangan calon presiden dan wakil presiden,” ujarnya pada Senin, 1 Januari 2024.
Menurut Iqbal, beredarnya dukungan moral dari Kiai Marzuki pada pasangan capres-cawapres nomor urut 1, menggiring penilaian publik pada Ketua PWNU Jatim itu.
Selain itu, beberapa media yang mengabarkan penolakan Ketua PWNU Jatim untuk mendukung pasangan capres-cawapres nomor urut 2 juga menjadi perbincangan publik.
“Meskipun PBNU menyampaikan bahwa pencopotan Kiai Marzuki karena persoalan internal, tetapi dugaan publik sarat politis menjelang Pilpres,” ucap dosen FISIP Universitas Jember itu.
Iqbal berpendapat, boleh jadi dampak pemecatan atas Kiai Marzuki ini secara sosiologi politik bisa merembet ke dinamika pilpres dan simpul jaringan basis massa dan warga Jawa Timur. Simpatisannya tahu persis realitas apa yang sebenarnya terjadi akan lebih takzim pada preferensi politik Kiai Marzuki.
“Di satu pihak, simpul jejaring sosial keumatan itu bisa makin solid dan lebih konsolidatif sebagai bentuk dukungan moral atas peristiwa tersebut,” tuturnya.
Apapun alasan pemecatan Ketua PWNU jatim, lanjut Iqbal, seharusnya tidak dilakukan menjelang Pemilihan Presiden 2024. Sebab, hal itu akan menjadi sorotan publik.
“Kasus pemecatan itu bukti bahwa lumbung elektoral terbesar kaum Nahdliyin di Jawa Timur jadi pusat persaingan dan rebutan tiga kubu pasangan capres-cawapres,” ujarnya.
Sebelumnya, Sekretaris Jenderal PBNU Saifullah Yusuf mengatakan, bahwa pemberhentian Pengasuh Pondok Pesantren Sabilurrosyad Gasek, Kota Malang itu dari jabatan Ketua PWNU Jatim bukan disebabkan beda pilihan calon presiden terkait Pemilu 2024.
“Pemberhentian disebabkan sejumlah masalah internal NU yang tidak terkendali. Tidak ada hubungannya sama sekali dengan masalah politik,” ujarnya. (Lingkar Network | Ant – Koran Lingkar)