SEMARANG, Lingkarjateng.id – Kepala Dinas Kesehatan Jawa Tengah, Yunita Dyah Suminar mengatakan, pihaknya akan menindaklanjuti surat edaran dari pusat yang berlangsung via zoom terkait dengan sistem penanganan dan pencegahan gagal ginjal akut pada anak.
“Kami akan menindaklanjuti surat edaran agar tidak memberikan resep dalam bentuk obat sirup. Jadi gini apotek kadang membuat resep bebas tanpa resep dokter, tapi kalau sirup harus berkonsultasi dulu dengan dokter, sangat dibatasi,” jelas Yunita pada Rabu, 19 Oktober 2022.
Menurutnya, saat ini obat sirup masih dalam penelitian Kementerian Kesehatan.
“Ini masih dalam penelitian dari kementerian, untuk pencegahan lebih bagus tidak diberikan dulu (obat) sirup sambil melihat perkembangannya,” jelasnya.
Saat ini kasus gagal ginjal akut terus bertambah. Dilaporkan ada 205 kasus gagal ginjal akut misterius di 14 provinsi di Indonesia. Meskipun untuk Jawa Tengah sendiri belum terdapat kasus untuk gagal ginjal akut.
“Semoga tidak ada. Ini sedang berkoordinasi dengan kementerian. Nanti kami koordinasi dengan kabupaten kota dan rumah sakit kabupaten kota. Tadi ada laporan 1 orang di Banyumas, belum terkonfirmasi, masih dicek, dipastikan dan semoga saja tidak,” jelasnya.
Saran kepada masyarakat untuk lebih waspada ketika anak mengalami demam disertai gejala diare dan kejang. Hal ini untuk anak di bawah 6 tahun. Sementara mayoritas yang terserang gagal ginjal adalah anak usia 1 hingga 6 tahun.
Pihaknya mengimbau untuk melihat air seni anak, karena salah satu gejala gagal ginjal adalah jumlah urine yang dikeluarkan.
Sementara itu, Ratna (35) salah satu orang tua yang waswas dengan informasi terkini di mana IDAI menganjurkan orang tua menghindarkan anak mereka dari obat sirup paracetamol bagi anak yang mengalami demam. Padahal, sirup paracetamol banyak dijual di pasaran dan menjadi jalan pintas bagi orang tua dalam menurunkan demam anak.
“Katanya penyakit tersebut dari obat Paracetamol cair, padahal kalau anak saya sakit juga mengonsumsi obat itu,” papar Ratna yang baru memiliki anak 5 tahun di Mataram, Semarang, Jawa Tengah.
Selanjutnya, ia memutuskan tidak menggunakan obat tersebut lagi dan memilih obat herbal.
Sampai saat ini, Dinas Kesehatan Semarang menegaskan di daerahnya belum ada kasus gagal ginjal akut misterius pada anak.
“Di Semarang sendiri tidak ada,” tegas Kepala Dinas Kesehatan Semarang Abdul Hakam saat diwawancara di Semarang pada Rabu, 19 Oktober 2022.
Untuk menghindari gagal ginjal akut, pihaknya meminta agar orang tua tidak memberikan makanan kepada anak yang mengandung bahan pengawet.
“Hindari makanan yang mengandung pengawet,” pintanya.
Selain itu, ia meminta agar masyarakat melakukan hidup sehat, salah satunya dengan makan makanan bergizi.
Ia menuturkan, makanan pengawet mengandung banyak oksidan sehingga menimbulkan banyak penyakit. Sehingga ia meminta untuk menghindari makanan berpengawet.
“Hindari makanan yang bisa menjadi oksidan dalam tubuh kita. Oksidan itu ‘kan banyak sekali, misalnya pengawet, yang dibakar, itu oksidannya tinggi,” terangnya.
Soal keterlibatan obat penurun panas yang diduga menjadi penyebab penyakit gangguan ginjal akut misterius, pihaknya tak mau banyak berkomentar apalagi hanya menduga-duga.
“Temuan dari obat penurun panas, itu baru dugaan jangan dibesar-besarkan. Dari dulu itu juga kita mengonsumsi itu,” ungkapnya.
Ia mengaku sudah melakukan komunikasi dengan pihak Balai POM untuk menindaklanjuti atas kabar sirup paracetamol diduga menjadi penyebab gagal ginjal akut pada anak.
“Kalau temuan dari Balai POM kita juga ada berhubungan dengan teman farmasi, kita juga selalu melakukan komunikasi dengan baik dalam rangka kalau ada kecurigaan ke arah sana pasti kita akan tindaklanjuti,” tegasnya.
Ia berharap tidak ada kasus gagal ginjal akut misterius di Kota Semarang. “Mudah-mudahan tak ada kasus yang menjurus ke sana,” harapnya. (Lingkar Network | Adimungkas, Ihza Fajar – Koran Lingkar)