BANDUNG, Lingkar.news – Harga Eceran Tertinggi (HET) untuk LPG (Liquefied Petroleum Gas) bersubsidi 3 kilogram di Kota Bandung dinaikkan dari Rp16.000 menjadi Rp19.000 per tabung mulai Senin, 16 Juni 2025.
Wali Kota Bandung Muhammad Farhan menyampaikan keputusan tersebut diambil menyusul berkurangnya subsidi dari pemerintah pusat. Namun, ia memastikan distribusi dan stok LPG 3 kilogram di wilayah Kota Kembang masih dalam kondisi aman.
“Gas Alhamdulillah, kalau menurut data dari Disdagin (Dinas Perdagangan dan Perindustrian), itu stok aman, semuanya lancar, tidak usah panic buying,” kata Farhan di Bandung, Selasa.
Farhan mengatakan saat ini pihaknya sedang melakukan pengecekan terhadap adanya indikasi penahanan barang oleh pihak-pihak tertentu sehingga distribusi menjadi tersendat.
“Memang agak seret-seret sedikit karena bagaimana juga, pasti ada spekulan yang menahan barang. Kita lagi operasi sekarang untuk memastikan bahwa spekulan itu segera melepaskan barang,” ujar dia.
Ia menegaskan bahwa ketersediaan barang lebih penting daripada sekadar penetapan harga.
“Ya kenaikan ini bagian dari upaya kita untuk mengendalikan inflasi yang paling pasti adalah gini, bukan penetapan harganya yang paling penting, tapi distribusi barangnya ada,” kata dia.
Terkait kemungkinan adanya kenaikan lanjutan, dia menyatakan bahwa harga LPG bersubsidi sangat dipengaruhi oleh kondisi global dan kemampuan fiskal pemerintah pusat dalam menanggung beban subsidi.
Sementara itu, Kepala Dinas Perdagangan dan Perindustrian (Disdagin) Kota Bandung , Ronny A. Nurudin Ronny Ahmad Nurudin, menyampaikan bahwa alokasi LPG 3 kg untuk Kota Bandung pada tahun 2025 mencapai 89.118 metrik ton atau sekitar 29,7 juta tabung.
Hingga Mei 2025, realisasi distribusi mencapai 37.187 metrik ton atau sekitar 12,4 juta tabung.
“Stok sangat mencukupi. Masyarakat tidak perlu khawatir. Justru penyesuaian ini dilakukan serentak agar tidak terjadi perbedaan harga yang terlalu jauh antarwilayah, yang bisa menyebabkan LPG dari daerah harga rendah mengalir ke daerah harga tinggi dan mengganggu stok,” katanya.
Jurnalis: Antara
Editor: Sekar S