SEMARANG, Lingkar.news – Forum Ormas dan LSM Bersatu Jawa Tengah mendesak aparat penegak hukum (APH) mengusut tuntas kasus penembakan yang menewaskan siswa SMKN 4 Semarang oleh oknum polisi berinisial R.
Koordinator Forum Ormas dan LSM Bersatu Jawa Tengah, Adhi Siswanto Wisnu Nugroho, meminta kepolisian mengeluarkan bukti visum korban penembakan, melakukan rekonstruksi secara terbuka yang melibatkan semua unsur masyarakat, serta mempertanyakan kesehatan oknum polisi yang terlibat apakah dalam kondisi sehat, sedang bertugas, atau tidak sadar karena mabuk.
“Kami akan terus mengawal kasus ini dan meminta supaya proses penanganan masalah ini bisa terbuka dan transparan. Kami menyuarakan bersama-sama 25 Ormas dan LSM minta bukti visum korban. Kemudian meminta rekontruksi ulang secara terbuka, yang melibatkan semua unsur termasuk media dan lembaga kami dilibatkan sebagai independen agar kami tahu transparansi yang sebenarnya,” tegasnya.
Selain itu, pihaknya mempertanyakan pernyataan Kapolrestabes Semarang yang mengatakan bahwa korban yang meninggal dunia itu salah satu anggota kreak atau genk motor. Sebab berdasarkan keterangan pihak sekolah korban merupakan seorang anggota paskibra aktif yang tentunya diseleksi dan menjalani latihan penuh disiplin.
“Apakah benar statemen Kapolrestabes kemarin, bahwa anggota polisi yang menembak apakah dalam keadaan bertugas atau dalam keadaan lain. Ini perlu dibuktikan bersama dengan CCTV dari Dinas Perhubungan, tolong ini nanti dibantu dibukakan dari area jalan sekitar kejadian. Harapan kami ini dibuka seadil-adilnya. Jangan sampai polisi menggiring opini, seakan-akan ada perang antar geng, padahal korban benar-benar anak piatu,” tandas Ketua Forkommas RI ini.
Joko Budi Santoso, dari organisasi lembaga Pekat, yang tergabung dalam Ormas dan LSM Bersatu juga menginginkan keterbukaan kepolisian dalam menangani kasus penembakan siswa SMKN 4 Semarang itu lebih transparan tanpa tebang pilih, sesuai slogan Presisi Polri.
“Kami dari Ormas dan LSM Bersatu menginginkan tindakan polisi terbuka sesuai slogan polisi yang transparansi, jangan membeda-bedakan, artinya kami selaku lembaga di Kota Semarang ini menginginkan keterbukaan yang sejelas-jelasnya, jadi jangan ada yang ditutupi. Jadi jangan sampai ada tebang pilih, kalau ada yang salah, kalau memang salah dan harus dipecat ya langsung saja dilakukan pemecatan,” kata Joko Budi Santoso
Sementara itu Ari Nugroho, Ketua Independen Corruption Watch (ICW) Jawa Tengah, juga menyayangkan adanya pernyataan yang dikeluarkan oleh Kapolrestabes Semarang Kombes Pol Irwan Anwar dalam sebuah video yang beredar di media sosial, bahwa korban itu merupakan salah satu dari anggota geng motor atau kreak.
“Ya kami selaku lembaga mempertanyakan kenapa mesti ditembak? Kenapa tidak diberi peringatan dulu. Toh mereka itu pelajar, artinya apakah mereka itu memiliki senjata tajam atau benda yang membahayakan. Jadi kami mohonkan kepada aparatur penegak hukum, mana yang perlu langsung dieksekusi dan mana yang perlu dibina. Apalagi korban adalah salah satu anggota Paskibra,” ujar Ari. (Lingkar Network | Rizky Syahrul – Lingkar.news)