RANGKASBITUNG, Lingkar.news – Dinas Peternakan dan Kesehatan Hewan (Disnakeswan) Kabupaten Lebak, memastikan jaminan kesehatan ternak sapi dan kerbau lokal yang dijual menjelang Idul Fitri 1445 H.
“Kita meyakini semua ternak sapi dan kerbau di sini relatif aman sehat utuh halal (Asuh),” kata Kepala Bidang Kesehatan Hewan dan Kesehatan Masyarakat Veteriner pada Disnakeswan Kabupaten Lebak drh Hanik Malichatin di Rangkasbitung, Lebak, Senin, 25 Maret 2024.
Pemerintah Kabupaten Lebak juga mengoptimalkan pemeriksaan kesehatan hewan ternak besar untuk memastikan terbebas dari penyakit virus Lumpy Skin Disease (LSD) maupun antraks.
Pemeriksaan kesehatan hewan ternak langsung ke pemilik ternak rakyat hingga pedagang menjelang Idul Fitri 2024.
Selama ini, kata Hanik, pihaknya belum menemukan kasus penyakit yang membahayakan terhadap ternak sapi dan kerbau.
“Kami memastikan ternak sapi dan kerbau relatif aman sehat utuh halal,” ujarnya.
Dia menuturkan, populasi ternak kerbau dan sapi di Kabupaten Lebak cukup berkembang sehingga mampu meningkatkan perekonomian masyarakat setempat.
Bahkan, para peternak bisa memasok kebutuhan daging sapi dan kerbau ke luar daerah, seperti Tangerang, Jakarta, Bogor dan Cianjur.
Saat ini, harga sapi dan kerbau di tingkat peternak bervariasi mulai Rp20-32 juta per ekor.
“Saya kira peternak rakyat bisa menjual dua ekor per tahun bisa menghasilkan pendapatan Rp60 juta,” katanya menjelaskan.
Sementara itu, Kepala Bidang Produksi Dinas Peternakan dan Kesehatan Hewan (Disnakeswan) Kabupaten Lebak Irvan Pramerta mengatakan pihaknya mengoptimalkan rekayasa teknologi penyuntikan inseminasi buatan (IB) untuk meningkatkan produksi populasi ternak milik masyarakat.
Pengoptimalan rekayasa teknologi IB itu lebih cepat untuk meningkatkan produksi populasi ternak besar, seperti sapi dan kerbau.
Berdasarkan data sementara hasil pencacahan tahap 1 yang dilakukan Badan Pusat Statistik (BPS) jumlah populasi sapi 1.621 ekor dan kerbau 5.671 ekor.
Karena itu, pihaknya memaksimalkan rekayasa teknologi penyuntikan IB, sehingga populasi ternak berkembang dan meningkatkan produksi.
Sedangkan penyebab turunnya populasi ternak tersebut akibat adanya kasus pencurian juga pemotongan untuk konsumsi masyarakat dan perayaan hari besar seperti Lebaran. Selain itu juga karena keterbatasan lahan perkebunan dengan adanya pengalihan fungsi lahan.
“Kami berharap dengan mengoptimalkan rekayasa IB itu, populasi ternak milik masyarakat meningkat dari keturunan anaknya,” kata Irvan. (Lingkar Network | Anta – Lingkar.news)